Sawahlunto diharapkan jadi kota utama pelayanan pemerintahan

id sawahlunto

Sawahlunto diharapkan jadi kota utama pelayanan pemerintahan

Kota Sawahlunto (Foto ceritawisata.com)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Sawahlunto diharapkan menjadi kota utama di Sumatera Barat dalam sektor pelayanan pemerintahan, infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata, kata Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf.

"Hal itu tentunya ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Untuk itu dibutuhkan sinergisitas antara strategi kebudayaan dan politik desentralisasi atau otonomi daerah," katanya di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu.

Pada seminar "Masyarakat dan Kebudayaan Sawahlunto", ia mengatakan, dalam merumuskan identitas Sawahlunto sebagai kota wisata tambang yang berbudaya, pihaknya telah melakukan eksvakasi lubang tambang pertama yang dibangun oleh perusahaan tambang kolonial.

Menurut dia, ada Lubang Mbah Suro, dan hingga kini tidak diketahui siapa sebenarnya Mbah Suro. Berdasarkan tuturan lisan orang tua, Mbah Suro adalah tokoh yang disegani pada masa pertambangan kolonial.

Selain itu, informasi terakhir yang bisa terlacak, kemungkinan tokoh perlawanan terhadap penjajah Belanda di Pulau Jawa, Samin Surosentiko, dibuang bersama beberapa pengikutnya ke Sawahlunto.

Ia mengatakan, Pemerintah Kota Sawahlunto juga merevitalisasi dan merekontruksi gedung tempat mengolah makanan buruh pada zaman kolonial menjadi Goedang Ransoem, yang menyimpan beragam artefak dan informasi industri pertambangan pada zaman itu.

"Areal sisa pertambangan di wilayah Kandi yang dulu rusak terbengkalai, kini menjadi resor wisata yang dilengkapi taman satwa, area permainan dan `outbond`, dan tempat pacuan kuda, dengan kunjungan wisatawan mencapai ratusan ribu orang setiap tahun," tuturnya.

Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM Aprinus Salam mengatakan, strategi yang dijalankan oleh Pemerintah Kota Sawahlunto harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.

Menurut dia, rekayasa sosial kebudayaan memang penting, tetapi membutuhkan perhitungan kekuatan yang bersaing, baik tradisi lokal, nasional maupun kekuatan modern yang ada.

"Dalam konteks itu perlu dilihat beragam kekuatan yang ada, baik nilai-nilai lokal yang berkembang, budaya Minang, agama maupun budaya modern," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Mamiek
COPYRIGHT © ANTARA 2024