Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, berkomitmen mengembangkan varietas benih padi unggul lokal Melati Menoreh atau Menor sebagai beras premium.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Kamis, mengatakan, produksi varietas padi ini dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani setempat.
"Kami sangat berharap padi Menor menjadi varietas unggulan Kulon Progo, yang nantinya menjadi beras premium. Kami mendorong petani mampu menghasilkan padi yang eksklusif," kata Hasto saat `wiwitan` panen atau mengawali panen padi Menor.
Menurut dia, Pemerintah Indonesia tidak harus membeli beras dari Thailand dan Vietnam. Seharusnya, pemerintah membeli beras dari petani yang digunakan sebagai beras bagi warga miskin (raskin).
Ia mengatakan pihaknya telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh pegawai negeri sipil (PNS) dapat membeli beras "SEHAT" Kulon Progo minimal 10 kilogram (kg) per orang setiap bulan.
Apabika seluruh PNS di Kulon Progo membeli beras sebanyak 90.000 kg setiap bulan, berarti senilai Rp693 juta setiap bulan atau Rp8,316 miliar setiap tahun dibelanjakan di Kulon Progo.
"Kebijakan ini dalam rangka mendukung Bela dan Beli Kulon Progo. Kami juga siap memasarkan beras petani Kulon Progo," kata Hasto.
Saat ini Pemkab Kulon Progo melakukan tahap pemurnian varietas benih padi Menor. Pemurniannya sudah memasuki tahap ketiga apabila sudah memenuhi syarat, baru direncanakan peluncuran sertifikasi untuk beras menor.
Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki Ngatirin menyampaikan dari 86 anggotanya, secara bertahap sudah berusaha terus mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralih ke pertanian organik.
Sedangkan sistem penanaman padi dengan penanaman legowo larikan 4, 6, 2. Berdasarkan hasil pelaksanaan dilapangan, paling baik adalah legowo larikan 2.
Dari hasil ubinan didapat gabah sebanyak 7,45 kg, sehingga per hektare mencapai 11,92 ton per hektare gabah kering panen atau menghasilkan 10,13 ton per hektare gabah kering giling. "Hasil ini melebihi dari target. Targetnya 900 kg per 1.000 meter," kata Ngatirin.
(KR-STR)