Kecamatan Berbah bentuk "Gentong Banyu" cegah DBD

id dbd

Kecamatan Berbah bentuk "Gentong Banyu" cegah DBD

ilustrasi nyamuk penyebar DBD (bengkulu.antaranews.com)

Sleman, (Antara Jogja) - Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta membentuk Gerakan Gotong Royong dan Pemberantasan Sarang Nyamuk atau "Gentong Banyu" dan Gerakan Melawan Jentik atau "Gelatik" dengan melibatkan anak-anak.

"Dalam kegiatannya Gentong Banyu tersebut melakukan kerja bakti secara umum termasuk pemantauan jentik nyamuk. Sedangkan Gelatik bertugas melakukan pemantauan jentik di rumah-rumah warga," kata Camat Berbah Tina Hastani di sela monitoring jentik di wilayah Berbah, Jumat.

Menurut dia, kegiataan tersebut sebagai antisipasi berkembangnya nyamuk pembawa virus DBD, mengingat di wilayah Berbah telah jatuh korban jiwa akibat penyakit yang disebarkan nyamuk aedes aegypti tersebut.

"Diharapkan dua kelaompok berbasis masyarakat ini mampu menekan penyebaran DBD di Berbah," katanya.

Sedangkan dalam monitoring jentik berkala di Kecamatan Berbah diketahui angka bebas jentik (ABJ) di wilayah kecamatan Berbah ternyata masih rendah.

Hal tersebut sesuai hasil monitoring yang dilakukan di Dusun Baran, Kalitirto, Berbah ABJ nya masih 81,1 persen, sesuai hasil monitoring di 127 rumah/KK, 24

rumah masih dijumpai adanya jentik baik yang ada di bak mandi, tempat penampungan air, bekas kaleng maupun ban bekas.

Monitoring yang melibatkan berbagai instansi tersebut antara lain Dari Dinkes Sleman sebagai "leading sector", Polres Sleman, Kodim Sleman, Polsek Berbah, Koramil Berbah, dan Jumantik masing -masing Kecamatan, Desaa dan dusun.

"Dengan rendahnya ABJ tersebut menunjukkan bahwa ancaman DBD masih cukup tinggi, untuk itulah peran serta semia pihak �sangaat diperlukan agar target ABJ 95 persen bisa tercapai," katanya.

Sementara itu Hindarti Wilujeng dari Dinkes Sleman saat evaluaasi di dusun Sentul menyampaikan bahwa rendahnya ABJ tersebut dimungkinkan belum rutinnya masyarakat menguras tempat air/bak mandi yang dua kali seminggu.

"Masyarakat diharapkan secara rutin menguraas tempat air tersebut. Di sampingitu juga banyaknya sampah bisa berupa kaleng bekas, ban bekas maupun pot bunga yang tergenang air, dan itu perlu diwaspadai, dan bekas potongan bambu yang digenangi air," katanya.***4***

(U.V001)
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024