Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau kepada masyarakat mewaspadai kasus demam berdarah dengue (DBD) karena cuaca ekstrem meningkatkan perkembangbiakan nyamuk hingga virus yang dibawanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Sri Budi Utami di Kulon Progo, Jumat, mengatakan berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kulon Progo, kasus DBD dari Januari hingga Juni 2024 tercatat sebanyak 1.010 kasus.
Kondisi cuaca yang ekstrem membuat daya tahan tubuh menjadi turun.
"Turunnya daya tahan tubuh membuat masyarakat lebih rentan terpapar penyakit. Salah satu penyakit yang kini menjadi perhatian adalah DBD. Hal ini perlu diwaspadai," kata Sri Budi.
Ia mengatakan kasus DBD di 2024 ini meningkat signifikan dibanding tahun lalu. Selain daya tahan tubuh, cuaca ekstrem dinilai turut meningkatkan perkembangbiakan nyamuk hingga virus yang dibawanya.
"Makanya saat ini menjaga daya tahan tubuh menjadi yang utama," katanya.
Sri Budi mengatakan ada sejumlah kasus DBD berat yang ditemukan. Penyebabnya karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan (faskes) hingga penanganan yang kurang optimal.
Namun demikian, ia memastikan tidak ada kasus kematian yang dilaporkan akibat DBD selama 2024 ini. Adapun kasus DBD paling banyak muncul di wilayah selatan Kulon Progo, seperti di Kapanewon Galur, Lendah, dan Wates.
"Tidak ada laporan kematian, namun kasus DBD harus tetap diwaspadai dan menjadi perhatian semua pihak supaya menggalakkan PSN," kata Budi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulon Progo Arif Mustofa mengatakan Januari hingga Juni 2024 ini tercatat sebanyak 1.010 kasus DBD. Sementara pada periode yang sama di 2023 lalu tercatat sebanyak 217 kasus DBD.
Peningkatan kasus secara signifikan mulai dirasakan pada Maret 2024 dengan 212 kasus DBD. Adapun angka tertinggi dilaporkan pada Mei 2024 sebanyak 239 kasus DBD, sedangkan pada Juni dilaporkan sebanyak 193 kasus DBD.
"Sejauh ini di bulan Juli dilaporkan 36 kasus DBD, meningkat dibandingkan Juli 2023 yang hanya 21 kasus," kata Arif