Distan DIY minta masyarakat waspadai daging glonggongan

id daging

Distan DIY minta masyarakat waspadai daging glonggongan

ilustrasi (Foto ANTARA/Mamiek)

Oleh Luqman Hakim



Yogyakarta, 21/6 (Antara) - Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta meminta masyarakat mewaspadai beredarnya daging sapi glonggongan selama bulan puasa hingga Lebaran.

"Meski selama pengawasan kami belum menemukan, daging sapi glonggongan memiliki kemungkinan muncul saat mendekati Lebaran," kata Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Verteriner Bidang Peternakan DIY Anung Endah Swasti di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Anung mengantisipasi daging tidak sehat, petugas yang terdiri atas penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) Distan DIY serta Satpol PP telah melakukan pengawasan bahan pangan asal ternak, meliputi daging sapi, daging ayam, serta, telur ayam.

"Pengawasan untuk memastikan daging sapi atau ayam yang beredar terjamin tingkat keamanannya, sehat, utuh, dan halal," kata dia.

Pengawasan tahap pertama yang dilakukan sejak awal bulan puasa hingga 15 Juni 2016 di seluruh pasar tradisional induk di lima kabupaten/kota itu, menurut Anung, tidak menemukan daging yang tidak sehat.

"Kami akan lanjutkan dengan pemantauan tahap kedua karena potensinya biasanya lebih besar saat mendekati Lebaran," kata dia.

Menurut Anung, selain daging glonggongan, menjelang Lebarana masyarakat juga perlu mewaspadai potensi penjualan daging ayam tiren, serta daging sapi yang dicampur dengan daging babi.

"Mudah-mudahan tidak ada, namun masyarakat sendiri juga harus mewaspadai," kata dia.

Konsumen daging ayam, menurut Anung, dapat mengenali daging ayam tiren dengan mencium bau busuk, serta warna kebirua-biruan khususnya di bawah sayap ayam yang merupakan gumpalan darah beku. Sementara untuk daging babi masyarakat dapat mengenali dengan tekstur yang halus dengan warnanya yang lebih pucat dibanding daging sapi yang lebih merah.

"Untuk daging glonggongan biasanya tidak digantung oleh penjualnya karena air akan menetes terus. Daging diletakkan di bawah dengan genangan air di sekitarnya," kata Anung.

Selain pengawasan bahan pangan asal hewan, Distan DIY melalui 60 petugas Unit Respons Cepat (URC) yang tersebar di seluruh kabupaten juga mengintensifkan pemantauan kemungkinan adanya ternak unggas yang terjangkit virus flu burung atau penyakit lainnya.

"Bukan hanya daging yang telah dipotong, kandang-kandang unggas juga terus dipantau untuk memastikan tidak adanya virus flu burung," kata dia.

Kasus unggas yang mati karena flu burung di DIY, menurut dia, menurun drastis dibanding awal 2016. Kasus yang paling besar yakni matinya 3.900 burung puyuh dan puluhan unggas jenis lain di Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kulon Progo.

"Angka kematian akibat virus terus menurun sampai sekarang, misalpun ada jumlahnya di bawah sepuluh ekor," kata dia.

L007