Gunung Kidul dinilai belum optimalkan sumber air

id Bribin

Gunung Kidul (Antara Jogja) - Paguyuban Air Minum Masyarakat Yogyakarta Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menilai pemerintah kabupaten belum mengelola sumber mata air secara maksimal sehingga masyarakat masih kesulitan air bersih saat musim kemarau.

Ketua Paguyuban Air Minum Masyarakat Yogyakarta (Pamaskarta) Gunung Kidul Damanhuri di Gunung Kidul, Senin, mengatakan potensi sumber air di Gunung Kidul merata di 18 kecamatan, namun dalam proses pembangunan untuk mampu mencukupi masyarakat dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, termasuk sarana-prasarana penunjang dan tenaga listrik.

"Semua kecamatan memiliki sumber air. Namun membutuhkan biaya pembangunan dan pemeliharaan yang cukup besar," kata Damanhuri.

Ia mencontohkan di Tepus dan Girisubo yang memiliki potensi mata air yang berlimpah. Namun di sisi lain wilayah tersebut masih kekurangan air bersih. Hal ini dikarenakan posisi mata air jauh di bawah tanah. Di Tepus misalnya, mata air berada di 200 meter dari permukaan tanah. Namun saat pemanfaatan dari mata air ke bak utama harus berjarak 300 sampai 400 meter serta belum adanya jaringan listrik memadai.

Kawasan Pantai Bekah Purwosari juga memiliki sumber air 700 liter per detik, namun posisinya di bawah tebing. "Kemungkinan mencukupi 100 persen air di Gunung Kidul bukanlah mimpi. Bisa direalisasikan, namun membutuhkan biaya, anggaran pemeliharaan yang cukup dan pasokan aliran listrik," katanya.

Damanhuri mengatakan kondisi tersebut banyak sumber yang belum maksimal dikelola menyebabkan air terbuang. "Ya banyak yang terbuang ke sungai karena belum dimanfaatkan secara baik," katanya.

Sementara itu, Direktur PDAM Tirta Handayani Isnawan Febriyanto mengatakan pihaknya akan melakukan penambahan kapasitas pengelolaan air bersih di beberapa sumber. Salah satunya Bribin jika musim penghujan debitnya mencapai 2.000 liter per detik, saat musim kemarau 800 liter perdetik dengan pemanfaatan 80 liter perdetik; Seropan potensi saat musim penghujan 1800 liter perdetik, musim kemarau 750 liter perdetik, dan pemanfaatannya 140 liter perdetik.

"Untuk Bribin, kami tambah 40 liter perdetik, dan Seropan tambah 50 liter perdetik. Untuk Baron masih dalam kajian dengan perencanaan penambahaan 20 liter perdetik," katanya.

Menurut Isnawan, penambahan kapasitas produksi diharapkan bisa memperluas jaringan distribusi. Misalnya untuk Gua Seropan yang dibiayai melalui IKK karangmojo nantinya bisa menjangkau Ngawen dan Semin.

"Untuk Bribin dibiayai DAU melalui Dinas Pekerjaan Umum untuk pengadaan pemasangan pompa dan Jaringan. Kami yang memasang listriknya," katanya.

Isnawan mengatakan dengan kondisi ini pihaknya optimis pada 2019 mendatang bisa 100 persen masyarakat akses aman air minum. Ia mencontohkan untuk 2009 sudah 48 persen, 2013 sudah 2015 sudah 69 persen, dan 2019 diperkirakan 100 persen.


(U.KR-STR)