Gunungkidul perbaiki Bribin yang rusak akibat Badai Cempaka

id Gunungkidul,Bribin

Gunungkidul perbaiki Bribin yang rusak akibat Badai Cempaka

Bupati Gunungkidul Sunaryanto meninjau Bribin II. (ANTARA/HO-Humas Pemkab Gunungkidul)

Gunungkidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memperbaiki dan mendesain ulang bendungan bawah di Bribin II atau Sindon di Kalurahan Dadapayu, Semanu, yang rusak beberapa tahun lalu akibat Badai Cempaka.

Bupati Gunungkidul Sunaryanta di Gunungkidul, Rabu, mengatakan memperbaiki Dam Bribin II bawah tanah perlu di-review desain dengan kebutuhan anggaran perbaikan sebesar Rp45 miliar.

"Kami sudah menyampaikan ke Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO). Untuk jangka pendek, yang masih bagus kita amankan dan yang rusak kita perbaiki, karena kalau untuk mengganti biayanya tinggi sekali," kata Sunaryanta.

Seperti diketahui, Bribin II adalah sumber mata air bawah tanah yang diangkat untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat di Gunungkidul, khususnya di tiga kapanewon/kecamatan.

Ia mengatakan dirinya dan tim dari DPUPKP dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) telah meninjau bendungan bawah di Bribin II atau Sindon di Kalurahan Dadapayu. Kerusakan dam terletak 104 meter di bawah permukaan tanah. Dam tersebut rusak karena dampak dari Badai Cempaka 2017 lalu.

"Berdasarkan pengecekan di lapangan, kerusakannya luar biasa, sambungan pipanya patah dan air menghantam ruang mesin. Padahal debit Bribin cukup besar 500 liter per detik," katanya.

Selain itu, Sunaryanto mengatakan dirinya akan berkoordinasi dengan BBWSSO untuk perbaikan, dan nantinya diajukan ke pemerintah pusat.

"Saya akan ke Jakarta salah satunya untuk ini, mudah-mudahan nanti bisa dilakukan. Bisa berfungsi seperti semula. Nantinya jika berfungsi bisa untuk digunakan tiga Kapanewon yakni Girisubo, Rongkop, dan Semanu. Ini debitnya besar," kata Sunaryanta.

Anggota Satker BBWSSO Wardani mengatakan kerusakan bendungan ini saat banjir Badai Cempaka 2017 lalu. Kerusakan cukup banyak, salah satunya jalur utama sehingga tidak berfungsi.

Adapun pengangkatan air menggunakan sistem microhydro dengan cara membuat bendungan di aliran sungai bawah tanah. Adapun prosesnya harus dibor sedalam 104 meter.

Sistem ini tidak memerlukan listrik untuk memompa air bersih sampai permukaan. Turbin digerakkan oleh air itu sendiri.

"Sejak Badai Cempaka sampai sekarang, Bribin II tidak dioperasionalkan. Jadi semua perlu di cek ulang. Waktu kita kajian kita dibantu oleh marinir," kata dia.

Sementara Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Toto Sugiharto berharap Bribin II bisa segera diperbaiki. Bribin II digunakan untuk mengairi Tepus, Rongkop, dan Girisubo.

"Tiga Kapanewon ini awalnya menggunakan dua sumber yakni Bribin (I) dan Sindon (Bribin II), namun sejak Badai Cempaka 2017 hanya tinggal satu yakni Bribin. Sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan air masyarakat dengan maksimal," kata Toto.