Akademisi: potensi energi biomassa tebu besar

id Akademisi: potensi energi biomassa tebu besar

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Taryono mengungkapkan potensi energi biomassa dari tebu cukup besar yaitu mencapai 400 ton per hektare per tahun.

"Salah satu sifat yang penting dari tebu adalah kemampuannya secara komersial untuk menghasilkan biomassa melebihi 100 ton per hektare per tahun," ujar Taryono yang juga Ketua Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertaian Universitas Gadjah Mada (UGM) pada "Workshop The Use of Bagasse as a Source of Biomass Energy" di Auditorium Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta, Rabu.

Bahkan potensi hasil biomassa tebu dapat mencapai hingga 400 ton per hektare per tahun. Energi biomassa merupakan jenis bahan bakar yang dibuat dengan mengkonversi bahan biologis seperti tanaman.

Taryono mengatakan tebu merupakan satu di antara tanaman pangan penting karena kemampuan pertumbuhannya.

Di sisi sebaliknya, kata dia, pemrosesan tebu merupakan proses yang memerlukan banyak energi karena energi dalam jumlah besar dibutuhkan untuk menguapkan air dari nira.

Ia menjelaskan sekitar 87 persen energi yang digunakan dalam pemrosesan tebu berasal dari bagas, yaitu sisa serat setelah nira diambil melalui pemecahan dan pemerasan.

"Bagas kira-kira terdiri dari 36 persen selulosa I, 28 persen selulosa II, 20 persen lignin, 13 persen senyawa organik lainnya dan 2 persen abu," jelas dia.

Selanjutnya, kata dia, bagas merupakan bahan bakar utama yang digunakan pada industri gula tebu di dunia.

Menurut dia, satu ton bagas dengan air 50 persen menghasilkan energi setara dengan 1,6 barel minyak bakar.

Ia menambahkan saat ini hampir semua bagas yang dihasilkan oleh pabrik gula habis digunakan untuk sumber energi pabrik tersebut dan diketahui bahwa bagas tebu memiliki kandungan energi yang sangat tinggi.

Intinya, tambah Taryono, bagas merupakan sumber bahan bakar asal tanaman yang cukup efisien dan penggunaannya pada pabrik gula secara efisien akan menyebabkan pabrik gula secara umum dapat berswasembada energi.

"Oleh karena itu, ketersediaan bagas secara nasional harus ditingkatkan," kata Taryono.

(T.KR-RHN)