"Emping melinjo ini ada yang dikirim ke luar daerah misalnya ke Bandung (Jawa Barat), Jakarta dan Semarang, namun yang rutin mengambil itu dari Jakarta," kata ketua kelompok industri pengolahan emping melinjo `Kenongo Wangi`, Sukati di Bantul, Rabu.
Menurut dia, emping melinjo produksi kelompoknya memang tidak langsung dipasarkan ke berbagai daerah itu, namun melalui konsumen yang sudah jadi langganannya setelah sebelumnya merasakan makanan camilan keluarga tersebut.
"Yang dari Jakarta rutin hampir setiap minggu datang untuk membeli, sekali mengambil rata-rata lima sampai 10 kilogram, bulan lalu minta dan sekarang minta lagi," katanya.
Selain diambil konsumen untuk dibawa ke luar daerah, emping melinjo produksinya juga dibeli dari warga untuk dijual di warung-warung serta warga untuk makanan camilan.
Ia mengatakan, emping melinjo yang diproduksinya ada tiga macam, yaitu emping warna putih, emping hijau dan emping coklat dengan berbagai rasa yang ditawarkan mulai asam, gurih dan manis.
Untuk emping melinjo warna putih dijual dengan harga Rp60.000 per kilogram dalam kondisi mentah, sedangkan emping hijau atau campuran daun kepel dan daun suji dijual lebih mahal dengan harga Rp90.000 per kilogram.
"Jumlah anggota kelompok Kenongo Wangi sebanyak 34 orang yang semuanya ibu-ibu rumah tangga, mereka mengerjakan di rumah masing-masing dengan kapasitas produksi dua kilogram emping per hari," katanya.
Ditanya terkait berapa omzet per bulan kelompok pengolahan emping melinjo binaan dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini, pihaknya tidak mengetahui pasti, namun dirinya yang mengolah emping sendiri di rumahnya omzetnya rata-rata bisa Rp2 juta per bulan.
"Selain saya memasarkan emping produksi saya juga menampung emping dari anggota lain yang belum laku terjual. Untuk permintaan emping baik yang putih dan hijau hampir imbang, kadang banyak yang putih, kadang emping yang hijau," katanya.***3***
(KR-HRI)