Bantul (ANTARA Jogja) - Perajin emping melinjo di Desa Wirokerten, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kewalahan memenuhi permintaan konsumen selama Ramadhan.
"Pesanan emping terus berdatangan, dan hingga Lebaran nanti pesanan masih ada, sehingga saya sampai kewalahan untuk memenuhinya," kata perajin emping melinjo Dul Arfan di Bantul, Sabtu.
Menurut dia, dirinya yang dibantu seorang perajin rata-rata per hari bisa memproduksi lima hingga enam kilogram emping melinjo. "Namun, saat ini permintaan sudah melebihi kemampuan produksinya," katanya.
Ia menyebutkan dalam proses membuat emping melinjo terdapat bagian yang membutuhkan waktu lama, yakni "memukul" biji melinjo yang sudah dipanggang menjadi lembaran berbentuk bulat, karena bagian ini harus dilakukan satu persatu.
"Ada pelanggan yang meminta segera dibuatkan emping seberat 20 kilogram, jadi saya harus "pukuli" di luar, kemudian saya ambil, dan tinggal proses pengeringan (dijemur) saja," katanya.
Ia mengatakan dalam memproduksi emping melinjo tidak memaksakan harus banyak, karena disesuaikan dengan kemampuan dan waktu yang dimiliki.
"Saya santai saja kerjanya, kalau puasa gini biasanya setengah hari, berbeda kalau tidak puasa, bisa sampai seharian. Kalau permintaan emping banyak, biasanya saya buruhkan," katanya.
Ia mengatakan permintaan emping melinjo selama Ramadhan sebagian besar dipesan konsumen yang sudah menjadi langganannya. Bahkan ada yang pesan untuk dibawa ke Bandung (Jawa Barat).
"Kalau pada hari biasa terkadang saya harus menawarkan ke pedagang pasar, namun dalam bulan puasa sekarang ini pembeli yang langsung pesan dan ambil di sini. Ada besan saya dari Bandung minta dibuatkan juga," katanya.
Emping melinjo produksinya dijual dengan harga Rp35.000 per kilogram, dan sudah ada bumbunya, sehingga tinggal digoreng.
"Harga emping melinjo masih stabil, karena harga bahan baku melinjo belum naik, masih Rp7.500 per kilogram," katanya.
(KR-HRI)