Pedagang Pasar Demangan keluhkan omzet semakin berkurang

id pasar demangan,omzet berkurang

Pedagang Pasar Demangan keluhkan omzet semakin berkurang

Ilustrasi pedagang pasar (Foto ANTARA/IRFAN ADI SAPUTRA/ags/17)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Para pedagang, yang berjualan di area dalam Pasar Demangan, Yogyakarta, mengeluhkan omzet semakin berkurang, karena kondisi pasar yang semakin sepi.

"Banyak pembeli yang lebih memilih membeli barang dari pedagang di luar pasar. Jika barang di luar pasar sudah habis, maka mereka baru membeli barang di dalam pasar," kata salah seorang pedagang ikan di area dalam Pasar Demangan Yogyakarta Poniyem di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, barang dagangan yang dijual seperti ikan bandeng presto dan ikan sarden yang dibawanya pun belum separuh terjual meskipun ia sudah berjualan selama sekitar empat jam sejak pukul 05.30 WIB.

Jika dibandingkan dengan 10 tahun lalu, lanjut Poniyem yang sudah berjualan di Pasar Demangan selama sekitar 20 tahun itu, kondisi pasar saat ini sangat jauh berbeda.

"Dulu, selasar pasar selalu penuh dengan pembeli. Untuk berjalan saja sampai harus berdesak-desakan. Tetapi kini, sangat sepi. Pembeli bisa berjalan dengan mudah," katanya.

Ia berharap, Pemerintah Kota Yogyakarta dapat memberikan perhatian lebih kepada pedagang di Pasar Demangan sehingga pasar tertata dan pembeli semakin ramai.

Sementara itu, Tukinem yang berjualan sayur mayur di Pasar Demangan mengatakan, sebelumnya ia berjualan di halaman pasar. "Akhirnya dapat tempat di dalam sehingga kami bisa masuk," katanya.

Menurut dia, berjualan di dalam pasar lebih nyaman bila dibanding berjualan di luar pasar karena terlindung dari panas dan hujan. "Tetapi memang banyak pembeli yang lebih suka membeli barang dari pedagang di luar pasar," katanya yang menyebut rutin membayar retribusi sebesar Rp12.000 per bulan.

Sementara itu, salah satu pedagang di luar Pasar Demangan Keriyanto mengatakan, sudah tidak bisa memperoleh tempat di dalam pasar sehingga ia membuka los di luar pasar untuk berjualan sayur mayur.

"Dari dulu sudah di sini. Saya berjualan sejak 1986 dan sudah di luar karena tidak memperoleh tempat di dalam pasar," katanya yang berjualan di sisi utara pasar.

Ia mengatakan, tidak mengeluarkan uang untuk biaya sewa hanya biaya kebersihan secara sukarela sebesar Rp100.000 per bulan yang dibayarkan kepada orang yang membersihkan lokasi tempanya berjualan. Ia berjualan selama lima jam mulai pukul 05.00 WIB hingga 10.00 WIB.

Hal senada disampaikan pedagang ikan Sumarikin yang mengatakan tidak memperoleh tempat di dalam pasar sehingga terpaksa berjualan di luar pasar dengan menempati sisi terluar trotoar. "Sudah sejak 1997 saya berjualan di luar pasar karena memang sudah tidak ada tempat di dalam pasar," katanya.

Sementara itu, Koordinator Forum Pemantau Independen Kota Yogyakarta FX Harry Cahya yang melakukan pemantauan langsung ke pasar mengatakan, ingin mengetahui kondisi Pasar Demangan secara langsung untuk mendengar masukan dari pedagang.

"Dari pemantauan ini diketahui banyak pembeli yang lebih suka membeli barang dari pedagang di luar pasar. Kondisi di luar pasar cukup ramai sedangkan di dalam pasar tidak terlalu ramai," katanya.

Ia berharap, Pemerintah Kota Yogyakarta dapat segera mengambil langkah antisipasi sehingga permasalahan di Pasar Demangan tidak semakin berlarut-larut, salah satunya dengan penegakan ketertiban. "Jika trotoar tidak boleh digunakan untuk berjualan, maka seharusnya pemerintah menertibkannya," katanya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, paradigma bahwa pasar tradisional harus menyebabkan kemacetan lalu lintas perlu diubah.

"Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan yaitu menertibkan pedagang di luar pasar. Tentunya, pemerintah harus melindungai pedagang yang tertib aturan terlebih dulu," katanya.

Selain penertiban pedagang, Heroe meminta agar rancang bangun revitalisasi Pasar Demangan yang sebelumnya sudah ada dapat dimutakhirkan kembali agar sesuai dengan kebutuhan saat ini.

"Dinas Perindustrian dan Perdagangan pun bisa mencabut kartu bukti pedagang apabila pedagang tersebut sudah tidak aktif berjualan termasuk memberikan los atau kios yang sudah tidak digunakan selama beberapa waktu untuk pedagang yang membutuhkan," katanya.

Di Pasar Demangan tercatat ada sekitar 700 pedagang yang mengantongi kartu bukti pedagang dengan 518 los, 115 lapak dan 17 kios. 
(U.E013) 24-01-2018 15:12:18
Pewarta :
Editor: Agus Priyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024