BPBD: tanah ambles Krambilsawit fenomena tanah karts

id tanah amles

BPBD: tanah ambles Krambilsawit fenomena tanah karts

Ilustrasi, Kawasan Karst di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Foto ANTARA/Mamiek)

Gunung Kidul, (Antaranews Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menilai peristiwa amblesnya tanah di Krambilsawit, Saptosari, merupakan fenomena biasa di tanah karst.

"Kejadian tanah ambles merupakan fenomena biasa di pegunungan karst," kata Kasi Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Sutaryono?di Gunung Kidul, Selasa.

Ia mengatakan, meski belum menerima pemberitahuan dari desa, dari pengalaman yang ada, dan hasil konsultasi dengan ahli geologi menyebutkan jika amblesnya tanah karena tingginya curah hujan, dan adanya sungai bawah tanah di kawasan karst.kejadian tersebut belum membahayakan karena lokasinya jauh dari pemukiman warga.

"Fenomena itu bukan hanya sekali saja, tetapi sudah sering di Gunung Kidul," katanya.

Sutaryono mengatakan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, pihaknya mengimbau kepada pemerintah desa supaya mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati saat beraktifitas disekitar lokasi.

"Kami mengimbau kepada masyarakat yang melakukan aktifitas di sekitar luweng untuk berhati-hati," katanya.

Kepala desa Krambilsawit, Wagiya menyampaikan tanah ambles terjadi di Dusun Ngondel Kulon, desa Krambilsawit, Kecamatan Saptosari, sejak beberapa minggu terakhir. Untuk menghindari warga mendekat polisi memasang pembatas. tanah ambles di ladang milik warga? Harjo Wiyono, Giyono, dan Ngadiman terjadi sejak awal desember lalu. Warga mengetahuinya saat akan berladang.

"Sejak sebulan terakhir di desa kami, ladang milik warga kami ambles," katanya.

Dia mengatakan hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan tanah tersebut ambles, sepanjang sekitar 20 meter, lebar 5 sampai 7 meter, dan kedalaman 5 meter.

"Kami tidak bisa berbuat banyak karena lokasi sulit diakses. Selain itu, mau berapa banyak material yang dibutuhkan, jelas desa tidak sanggup," katanya. ***4***

(KR-STR)


Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024