Gunung Kidul data kerugikan sektor pariwisata akibat gelombang pasang

id gelombang tinggi

Gunung Kidul data kerugikan sektor pariwisata akibat gelombang pasang

Gelombang tinggi Sebuah bangunan rumah roboh akibat terjangan gelombang tinggi di pantai selatan DI Yogyakarta. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/16

Gunung Kidul (Antaranews) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum dapat memastikan total kerugian sektor pariwisata karena banyaknya infrastruktur dan sarana prasarana objek wisata yang rusak akibat diterjang gelombang pasang.
     
Sekretaris Dinas Pariwisata Gunung Kidul Harry Sukmono di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan saat ini, pemkab masih melakukan pendataan kerusakan-kerusakan di objek wisata pantai akibat diterjang gelombang pasang.
   
"Hari ini, tim dari kabupaten sedang melakukan identifikasi kerugian," katanya.
     
Ia mengatakan objek wisata pantai yang mengalami kerusakan paling parah, yakni Pantai Nguyahan dan Pantai Siung. Infrastruktur dan sarana prasarana rusak berat, dan banyak yang hilang diterjang gelombang pasang.
     
Ia mengakui semua objek wisata pantai mengalami kerusakan, sehingga berdampak pada penurunan jumlah pengunjung.
       
"Kami tidak bisa berbuat banyak atas kejadian tahunan ini. Kami berharap fenomena alam juga bisa menjadi agenda tahunan, namun tetap mengedepankan keselamatan," katanya.
     
Ke depan, lanjut Harry, Pemkab Gunung Kidul akan melakukan penanggulanggan jangka panjang, di mana nantinya akan ada penataan ulang.
     
Hal itu telah sesuai dengan Perda RTRW Kabupaten Gunung Kidul,yang menyatakan jika kawasan di pinggir pantai tidak diperbolehkan terdapat bangunan semi permanen maupun permanen.
     
"Pantai Gunung Kidul kan memiliki karakter yang unik. Jadi kedepan akan kami berlakukan penataan ulang," katanya.
     
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Edy Basuki  mengatakan pihaknya belum dapat memastikan besaran kerugian yang dialami, namun pihaknya memprediksi bisa mencapai hingga lebih dari Rp1 miliar.

"Belum bisa kami perkirakan. Kami prediksi sekitar Rp1 miliar ya ada. Untuk pastinya, kita menunggu hasil penghitungan tim yang bertugas melakukan identifikasi," katanya.