Pembudidaya perikanan didorong menggunakan "Central Drain"

id Central drain

Pembudidaya perikanan didorong menggunakan "Central Drain"

Bupati Sleman Sri Purnomo memimpin panen perdana budi daya lele sistem Bioflok di Ponpes MBS Prambanan. (Foto dok Kementrian Kelautan dan Perikanan) (Antara)

Kulon Progo, 19/9 (Antara) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong pembudidaya perikanan di wilayah ini menggunakan sistem "central drain" dan memaksinalkan volume tebar supaya hasilnya maksinal.
     
Kepala Bidang Perikanan Budi Daya Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo Leo Handoko di Kulon Progo, Rabu, mengatakan saat ini, pengembangan central drain belum cukup berhasil dan sangat bagus bagi warga yang akan menggeluti usaha budi daya ikan.
   
 "Di daerah lain sudah banyak yang berhasil. Di Kulon Progo masih dalam tahap satu siklus.  Melihat perkembangan siklusnya sangat baik, khususnya budi daya gurami," kata Leo.
     Ia mengatakan usaha budi daya ikan dengan sistem central drain berkembang di Kecamatan Kalibawang dan Galur. Masyarakat secara swadaya membuat central drain dengan beton dan terpal.
   
 Biaya pembuatan kolam central drain dengan diameter tiga berkisar Rp1,7 juta hingga Rp2 juta, kemudian diameter dua berkisar Rp1,3 juta sampai Rp1,5 juta.
     "Biaya pembuatan kolam central drain akan jauh lebih murah bila dikerjakan sendiri," katanya.
   
 Ke depan, Leo mengharapkan sistem central drain ini bisa padat tebar antara 5 ribu sampai 6 ribu ekor untuk diameter 3. Saat ini, pada tebar masih di bawah 500 ekor, sehingga belum bisa dikatakan sebagai usaha.
     
"Kepadatan berbanding lurus dengan modal. Di luar Kulon Progo diamater dua diisi 3 ribu ekor atau sama dengan ukuran 4×6 yang dikembangkan masyarakat Kulon Progo. Kami mendorong pembudi daya ikan berani bermain kepadatan tebar," harapnya.
     
Ia mengakui pembudi daya ikan di Kulon Progo belum berani bermain kepadatan tebar, sehingga selalu tertinggal dengan daerah lain dan tidak dijadikan sebagai mata pencaharian utama.
     
"Perikanan budi daya di Kulon Progo membutuhkan inovasi-inovasi, seperti mendorong jiwa wirusa usaha perikanan. Menumbuhjan jira wisata usaha di masyarakat Kulon Progo bukan persoalan yang mudah," katanya.
 
   Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo Sudarna mengatakan pembudi daya juga mulai beralih menggunakan teknologi "central drain" dengan padat tebar 1.000 ekor per meter persegi.
   
   "Teknologi ini mampu mendongkrak budi daya perikanan, mulai dari lele, gurami dan nila," katanya.
   
Ia mengatakan pusat kawasan pengembangan budi daya, yakni Kecamatan Wates, Nunggulan, Lendah, dan Pengasih, serta Kalibawang.
   
 "Budi daya ikan mereta di 12 kecamatan, tapi sentranya di Nanggulan dan Wates," katanya.