Bangunan cagar budaya "Ndalem" Notoyudan masuki tahap renovasi

id Ndalem Notoyudan, renovasi, bangunan cagar budaya

Bangunan cagar budaya "Ndalem" Notoyudan masuki tahap renovasi

Salah satu bangunan cagar budaya di Yogyakarta, Ndalem Notoyudan memasuki tahap renovasi dengan menggunakan dana keistimewaa (Foto Antara/Eka Arifa Rusqiyati)

    Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta mulai melakukan pekerjaan fisik renovasi salah satu bangunan cagar budaya yang berada di Kecamatan Ngampilan Yogyakarta, yaitu Ndalem Gede Notoyudan dengan memanfaatkan dana keistimewaan. 
    “Belum semua bagian bangunan akan direnovasi. Pada tahap awal ini, ada dua bagian bangunan yang direnovasi yaitu ‘tratag’ dan ‘pringgitan’,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Eko Suryo Maharso di sela doa selamatan untuk dimulainya tahap renovasi bangunan di Yogyakarta, Jumat.
    Total anggaran yang dimanfaatkan untuk renovasi bangunan sekitar Rp900 juta dan pada tahun depan sudah diusulkan untuk renovasi tahap kedua yang akan dilakukan untuk bagian pendopo dan bangunan induk hingga “gadri” dengan anggaran sekitar Rp4 miliar menggunakan dana keistimewaan.
    Menurut Eko, kondisi bangunan yang dibangun sekitar 1800-an tersebut sudah terlihat rusak khususnya banyak kayu yang menopang struktur utama bangunan keropos, termasuk kondisi genteng yang sudah tua sehingga air hujan bocor ke dalam rumah.
    Selama proses renovasi, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta berkoordinasi dengan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) untuk memastikan agar desain dan arsitektur bangunan tetap terjaga keasliannya.
    “Kami pun akan mempertahankan pilihan material agar tetap sesuai dengan kondisi bangunan asli. Jika kayu pada bangunan lama dinilai masih kuat, maka yang dilakukan cukup dengan merestorasi saja. Tetapi, kami pun akan mengganti kayu lama apabila sudah rusak parah dan sangat rapuh,” katanya.
    Sedangkan untuk bagian atap, termasuk struktur kayu dan genteng akan diganti dengan genteng baru.
    Sementara itu, Penanggung Jawab Ndalem Notoyudan KRT Wiraningrat mengatakan, seluruh bagian bangunan masih terjaga keasliannya dan tidak ada penambahan bangunan baru apapun.
    “Hanya saja, sudah banyak yang rusak. Misalnya genteng yang sering bocor karena usianya sudah tua,” katanya yang kini memanfaatkan Ndalem Notoyudan tersebut sebagai rumah tempat tinggalnya.
    Ia pun mengaku senang memperoleh bantuan dari pemerintah untuk perbaikan Ndalem Notoyudan. “Kami memiliki tanggung jawab untuk merawat bangunan dan ternyata ada bantuan dari dana keistimewaan yang bisa digunakan untuk memperbaiki ndalem,” katanya.
    Ia menyebut, bangunan yang cukup besar tersebut pernah digunakan oleh Sultan HB VI dan kemudian diwariskan secara turun temurun ke kerabatnya. Bangunan tersebut memiliki nilai sejarah sebagai tempat munculnya tarian klasik gaya Yogyakarta “Langen Mandra Wanara” yang kemudian dikenal luas oleh masyarakat.
    “Terkadang, bangunan ini juga masih digunakan untuk kegiatan kesenian dan budaya oleh warga, misalnya macapat dan keroncong,” katanya.
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024