Bantul tingkatkan wawasan budaya Jawa kepada generasi muda

id Seminar Dinas Kebudayaan

Bantul tingkatkan wawasan budaya Jawa kepada generasi muda

Seminar Revitalisasi Budaya Jawa oleh Dinas Kebudayaan Bantul di Balai Desa Sumberagung Jetis Bantul (Foto Antara/Hery Sidik)

 Bantul (Antaranews Jogja) - Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengadakan seminar Revitalisasi Budaya Lokal bagi generasi muda guna meningkatkan wawasan tentang budaya jawa kepada penerus bangsa tersebut.
     
"Seminar ini diadakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang budaya Jawa dalam kehidupan sehari-hari khususnya generasi muda," kata penanggungjawab seminar yang juga staf Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Bantul Heri Maryanto di Bantul, Kamis.
     
Menurut dia, seminar tersebut digelar Dinas Kebudayaan melalui Program Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Jawa khususnya di Bantul untuk mengangkat kembali eksistensi budaya jawa khususnya bahasa jawa yang kini digunakan sehari-hari.
     
Ia mengatakan, seminar yang diadakan di Balai Desa Sumberagung pada 3-4 Oktober dan diikuti tokoh masyarakat, karang taruna dan siswa-siswi juara lomba bahasa dan sastra itu mengambil tema "Mencintai dan Melestarikan Budaya Jawa khususnya Bahasa dan Sastra Jawa.
   
 "Seminar ini mengangkat bahasa Jawa untuk dibahas dan ditransformasukan ke peserta yang terkait langsung dengan penggunaan bahasa Jawa. Sasaran seminar adalah tokoh masyarakat dan generasi muda yang punya pengaruh di masyarakatnya," katanya.
     
Dia menjelaskan, bahwa dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan bahasa Jawa di tengah masyarakat Bantul khususnya dan DIY pada umumnya masih sangat luas digunakan.
   
 Hal tersebut, kata dia, terlihat dari bahasa pergaulan sehari-hari masih menggunakan bahasa Jawa, disamping itu lebih khusus pada acara-acara adat seperti upacara pernikahan dan upacara-upacara lainnya di masyarakat.
   
 "Pada bidang sastra jawa juga masih eksis penggunaan bahasa Jawa dalam karya-karya sastra seperti Geguritan, Cerkak, Sandiwara, Kethoprak, Wayang dan kesenian-kesenian lain yang masih hidup dalam masyarakat," katanya.
   
 Namun demikian, kata dia, permasalahan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana generasi muda kurang apresiasi dan kurang peduli terhadap bahasa Jawa. Memang mereka masih menggunakan, tetapi tidak berusaha tahu dan mencintai bahasanya.
   
 "Sehingga pengetahuan dan wawasan terhadap bahasa dan budaya Jawa semakin luntur. Akibatnya dikhawatirkan bahasa Jawa akan semakin ditinggalkan," katanya.
     
Oleh sebab itu, kata dia, seminar yang menghadirkan narasumber kompeten bidang budaya Jawa itu para peserta dapat mengaplikasikan dan menularkan hasil seminar dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masing-masing.