Bappeda Sleman sebut jalur KA Yogya-Borobudur masih dikaji

id Jalur KA ,Yogyakarta-borobudur,ka bandara

Bappeda Sleman sebut jalur KA Yogya-Borobudur masih dikaji

ilustrasi - Pembangunan Jalur KA (ANTARA FOTO)

Sleman (ANTARA) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut lokasi yang layak digunakan untuk membuat jalur kereta api yang menghubungkan Yogyakarta-Borobudur masih terus dikaji.

"Masyarakat tidak perlu panik dan resah. Pemasangan patok bambu di Dusun Senden, Sumberadi, Mlati, Sleman beberapa waktu lalu adalah bagian dari proses kajian tersebut," kata Bappeda Kabupaten Sleman Kunto Riyadi di Sleman, Kamis.

Berdasarkan hasil kajian sementara, terdapat dua pilihan rute yang bisa digunakan untuk membangun jalur kereta api antara Yogyakarta dan Borobudur, yaitu rute di sisi barat dan di sisi timur.

"Rencana pembangunan masih jauh. Saat ini masih studi, jalur lewat mana juga belum pasti," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya juga belum dapat memastikan jalur yang akan digunakan merupakan reaktivasi jalur KA yang dulu pernah ada, atau menggunakan jalur baru.

"Masih dalam tahap kajian, belum bisa memastikan apakah akan memanfaatkan jalur lama atau membuat jalur baru. Sebab, masih banyak pertimbangan terkait dampak sosial maupun ekonomi. Dicari mana yang paling memungkinkan," katanya.

Kunto mengatakan, sudah ada koordinasi dari pihak Kementerian Perhubungan dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman. Tinggal nantinya menyusun dokumen perencanaan berdasarkan hasil kajian.

"Kalau ini masih tahap awal, namanya perencanaan bisa jadi bisa tidak. Masyarakat tidak perlu panik," katanya.

Rencana pembangunan jalur kereta api itu telah disusun dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) No 8/2017 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Provinsi Tahun 2017-2036. Pada Pasal 6 pembangunan jalur KA Borobudur-Yogyakarta-Palbapang-Samas harus memperhatikan beberapa ketentuan.

Pertama, melayani pergerakan masyarakat DIY menuju Candi Borobudur atau sebaliknya dengan melewati Kota Muntilan (Jawa Tengah), Beran, Sleman, Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.

Kedua, memudahkan akses pergerakan utara - selatan. Ketiga, meningkatkan perekonomian di wilayah selatan (Kabupaten Bantul). Keempat, pengembangan jalur dimulai dari Tempel – Yogyakarta – Palbapang – Samas.

Sementara kegiatan pengukuran untuk keperluan "detail engineering design" (DED) sebagai patok "benchmark" dan "control point" oleh konsultan Ditjen Perkeretaapian telah dihentikan setelah Dinas Perhubungan (Dishub) DIY berkoordinasi dengan Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Jawa Tengah.

"Proses pengukuran sudah dihentikan BTP, agar disosialisasikan dulu ke masyarakat. Nanti kami juga akan berkoordinasi lebih lanjut dengan berbagai pihak," kata Kepala Dishub DIY Sigit Sapto Raharjo.

Kegiatan pematokan pekarangan dan area sawah milik warga di Dusun Senden, Sumberadi, Mlati, Sleman beberapa waktu lalu sempat meresahkan warga setempat.

Salah seorang warga Senden, Nanda (43) mengatakan pada Selasa (30/7) siang ada petugas yang datang dan mulai memasang patok tepat di depan rumahnya. Saat dirinya menanyakan fungsi patok itu, petugas mengatakan pemasangan patok ini untuk keperluan rel kereta.

"Informasinya ada juga yang rencananya digunakan untuk stasiun kereta," katanya.

Ia mengatakan, masyarakat tidak ada yang tahu karena sebelumnya belum ada sosialisasi dari pejabat yang berwenang.

"Tahu-tahu ada petugas datang dan langsung dipatok," katanya.

Baca juga: Pemerintah mengkaji reaktivasi jalur KA Jateng-DIY
Pewarta :
Editor: Eka Arifa
COPYRIGHT © ANTARA 2024