BPPT pasang pendeteksi tsunami di perairan Indonesia timur

id Ina-CBT,sistem peringatan dini tsunami,Buoy

BPPT pasang pendeteksi tsunami di perairan Indonesia timur

Ilustrasi - Buoy pendeteksi tsunami yang dipasang BPPT di salah satu perairan Indonesia. (Dokumentasi BPPT) (/)

Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan memasang empat cable based tsunameter (CBT) atau alat pendeteksi tsunami berbasis kabel optik, di perairan Indonesia bagian timur, tepatnya di sekitar Halmahera, dan delapan buoy di sejumlah perairan Indonesia untuk memperkuat sistem deteksi dan peringatan dini tsunami.

"Pada tahun ini, kami akan menambah lagi posisinya lebih ke arah Indonesia timur, jadi kami akan memasang  delapan buoy, kemudian setidaknya ada empat lagi CBT di pulau-pulau di sekitar Halmahera, kemudian Sulawesi dan lain sebagainya," kata Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Yudi Anantasena, kepada wartawan di sela-sela lokakarya "Strengthening Tsunami Warning Operation Trough SMART Cable Technology" di Gedung BPPT, Jakarta, Senin.

Pemasangan Ina-CBT dan buoy yang baru bertujuan untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami. Pada 2019, BPPT telah memasang empat buoy di selatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali; selatan Malang, Jawa Timur; selatan Cilacap; dan Selat Sunda.

"BMKG harus memberikan peringatan potensi terjadi tsunami nanti diverifikasi oleh buoy dan CBT, apakah benar terjadi tsunami atau tidak sehingga BMKG bisa lebih cepat untuk mengonfirmasi ada atau tidaknya," tuturnya.

Ina-CBT dengan kabel fiber optik sepanjang 3,5 km dipasang di Pulau Sertung di sekitar Gunung Anak Krakatau sebagai bentuk mitigasi dan reduksi risiko bencana, agar dapat mengurangi korban jiwa dan kerusakan harta benda apabila terjadi letusan Gunung Anak Krakatau yang memicu adanya tsunami. Selain itu, ada Ina-CBT dengan kabel optik sepanjang 7,5 kilometer di Pulau Sipora di Perairan Mentawai.

Ia menjelaskan CBT yang akan dipasang di sekitar Halmahera dengan panjang kabel 25 kilometer.

"CBT untuk menghubungkaan pulau-pulau kecil, di situ akan kami pasang beberapa sensor. Dan kami punya dua hub di daratan sehingga punya kontrol yang lebih bagus," ujarnya.

Untuk pemasangan CBT baru itu, kata dia, tentu akan dilakukan tender untuk ditawarkan kepada pihak swasta dalam rangka melakukan pemasangan kabel bawah laut.

"Diharapkan tahun ini sudah terpasang," ujarnya.

Selain itu, Yudi menuturkan BPPT ke depan akan mengembangkan CBT dengan sensor yang lebih canggih yang dapat mendeteksi sejumlah fenomena laut, seperti suhu di bawah permukaan laut, tekanan dan seismik.

Sementara CBT buatan BPPT yang terpasang saat ini baru bisa mengukur perbedaan tekanan air hingga sangat kecil di bawah permukaan laut guna mendeteksi potensi tsunami yang muncul, dan gempa.
Pewarta :
Editor: Eka Arifa
COPYRIGHT © ANTARA 2024