FKWA Yogyakarta sebut penataan sungai kunci antisipasi bencana di Winongo

id Penataan sungai,FKWA,Sungai Winongo

FKWA Yogyakarta sebut penataan sungai kunci antisipasi bencana di Winongo

Kondisi rumah deret di bantaran Sungai Winongo Kota Yogyakarta hasil penataan melalui program M3K. ANTARA/Eka A.R.

Yogyakarta (ANTARA) - Forum Komunikasi Winongo Asri Yogyakarta menyebut salah satu upaya mengantisipasi bencana di Kali Winongo dengan penataan kawasan itu, termasuk rumah warga yang masih banyak ditemukan mepet talut sungai.

“Pada akhir 2018, masih ada lebih dari 100 rumah yang mepet talut, salah satunya di RW 8 Pakuncen dengan posisi rumah yang benar-benar berada di atas talut,” kata pengurus Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) Yogyakarta Oleg Yohan di Yogyakarta, Kamis.

FKWA Yogyakarta sudah mengupayakan program “mundur munggah madep kali” (mundur, naik, dan menghadapkan rumah ke sungai) atau M3K sejak 2009, namun upaya tersebut belum bisa dilakukan secara optimal.

“Selaku forum, kami terkadang menghadapi kesulitan untuk mendorong warga melakukan program M3K. Oleh karenanya, kami membutuhkan bantuan dari Pemerintah Kota Yogyakarta,” katanya.

Namun demikian, lanjut Oleg, pemerintah juga memiliki keterbatasan dari sisi anggaran, terutama untuk kebutuhan relokasi warga terdampak penataan.

“Efek sosial dari relokasi cukup tinggi, termasuk kebutuhan anggarannya,” katanya.

Meskipun demikian, Oleg menyebut ada satu wilayah yang dinilai cukup berhasil menjalankan program M3K di Sungai Winongo, yaitu Kecamatan Ngampilan. Di lokasi tersebut, warga bersedia memundurkan rumah yang semula berada dekat bibir sungai dengan membangun rumah deret.

Lahan di tepi sungai kemudian dibangun jalan lingkungan dan permukiman warga pun dilengkapi dengan sistem sanitasi berbasis masyarakat yang lebih baik.

Ia menyebut warga yang tinggal dekat dengan talut memiliki kerentanan lebih tinggi terhadap potensi bahaya, terutama saat hujan dan debit air sungai meningkat.

“Saat hujan lebat, ada wilayah permukiman tergenang akibat luapan air sungai atau talut yang longsor sehingga rumah di atasnya ikut rusak,” katanya.

Potensi bahaya tersebut, lanjut Oleg, terus disosialisasikan kepada masyarakat.

“Untuk warga yang belum M3K, maka harus selalu siap menghadapi bencana saat hujan turun,” katanya.

Ia berharap, kesadaran masyarakat melaksanakan program M3K semakin meningkat.

“Jangan sampai sudah mengalami bencana baru bertindak,” katanya.

Akibat hujan lebat yang mengguyur Yogyakarta pada Rabu (11/3), talut Sungai Winongo di Kelurahan Pringgokusuman ambrol dan berdampak rusaknya bagian belakang rumah warga serta infrastruktur drainase di bawahnya.

“Dilakukan penanganan sementara agar kerusakan tidak semakin meluas. Untuk perbaikan secara permanen harus dilakukan perencanaan karena biaya yang dibutuhkan diperkirakan cukup besar,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Yogyakarta Hari Setya Wacana.
 

Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024