Gerakan "Bela Beli Kulon Progo" untuk mengangkat produk lokal

id produk lokal,Pemkab Kulon Progo,kerajinan serat alam

Gerakan "Bela Beli Kulon Progo" untuk mengangkat produk lokal

Wakil Bupati Kulon Progo Fajar Gegana. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap menggelolarakan program gerakan "Bela Beli Kulon Progo" sebagai bentuk komitmen untuk mengangkat produk lokal yang dapat dinikmati semua kalangan, baik lokal, nasional dan internasional, sehingga diharapkan mendongkrak ekonomi wilayah.

Seperti diketahui, pada masa pandemi COVID-19 ini, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah penopang utama dalam menekan inflasi. Pelaku UMKM bertahan dengan kemampuan dan inovasi masing-masing supaya produknya tetap diminati pasar, seperti produk kerajinan serat alam di Kecamatan Sentolo.

Untuk meningkatkan kualitas dan pemasaran produk lokal memang perlu ada bantuan, seperti pemasaran secara digital. Pemkab Kulon Progo mendorong pelatihan digital marketing produk UMKM. Pemkab Kulon Progo juga terus menggelolarakan gerakan "Bela Beli Kulon Progo"," kata Wakil Bupati Kulon Progo Fajar Gegana di Kulon Progo, Selasa.

Konsep Bela Beli Kulon Progo yakni membela produk lokal ini supaya dapat didipasarkan di tingkat nasional dan internasional. Ini memang membutuhkan wadah untuk menjualnya. Pada masa pandemi ini, kerajinan ini dapat dijual di marketplace UMKM. Pelaku UMKM Kulon Progo ini sangat kreatif dan inovasitif, hanya saja terkendala pada pemasaran.

Saat ini, produk UMKM seperti produk kerajinan alam belum dapat diekspor langsung ke luar negeri, meski di wilayah ini sudah beroperasi Bandara Internasional Yogyakarta, karena sumber daya manusia (SDM) dan jaringan pemasaran yang kurang luas. Selain itu, secara manajemen dan perawatan tidak ada yang mampu karena banyak regulasi.

Pemkab Kulon Progo melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah melakukan pelatihan magemen dan ekspor secara parsial. Pelatihan ini untuk memasarkan produk lokal ke pasar nasioanal dan internasional," kata Fajar.

Kulon Progo juga sudah melakukan pendataan terhadap pelaku UMKM supaya memiliki Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK). IUMK ini dapat digunakan untuk mengakses modal diperbankan. Izin ini mengeluarkan adalah Dunas Koperasi dan UKM sebagai bentuk penguatan kegiatan usaha menjadi badan usaha yang berbadan hukum. Hal ini penting dalam rangka memberikan legalitas dan kepastian hokum dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Disamping itu penguatan kelembagaan juga dilakukan melalui pemenuhan perizinan usaha yang dipersyaratkan. Untuk pelaku usaha mikro dan kecil dengan IUMK.
Aneka kerajinan serat alam berbahan baku pelepah pisang yang diproduksi perajin UMKM di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. (Foto ANTARA/Sutarmi)
Pelatihan ekspor
Perajin serat alam di Kecamatan Sentolo belum bisa mengekspor produk secara mandiri karena terkendala dari modal, dan perizinan. Saat ini, perajin serat alam mengekspor produk lokal melalui "buyer" atau eksportir dari Jakarta, Bandung dan Bali. Saat ini, pelatihan ekspor bagi pelaku UMKM kurang maksimal, sehingga belum ada yang mampu ekspor secara mandiri.

Pada dasarnya keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta sebagai pintu gerbang utama dalam ekspor serat alam di luar negeri. Namun, karena terkendal managemen, modal dan sumber daya manusia yang kurang terlatih, pelaku UMKM serat alam belum mampu ekspor secara mandiri.

Selain itu, program "Bela Beli Kulon Progo" dan marketplace yang digelorakan Pemkab Kulon Progo belum berdampak pada peningkatan permintaan produk, baik dari lingkungan pemerintahan dan pejabat Kulon Progo.

Perajin serat alam di Kecamatan Sentolo mengharapkan pelatihan dan pendampingan managemen ekspor supaya bisa mengeskpor produk mandiri tanpa mengandalkan eksporti dari luar daerah. Saat ini, ekspor produk serat alam sangat tergantung pada eksportir luar daerah," kata Koordinato Koperasi Serba Usaha Lancar Purman.

Kerajinan serat alam dari Kulon Progo sendiri sudah berjaya sejak awal 1990-an, dan mulai memudar pada tahun 2000-an karena ekspor barang tergantung pada eksortir luar daera hingga saat ini. Kerajinan serat alam ini merupakan produk unggulan Kulon Progo, namun belum difasilitasi pelatihan dan pendampingan secara maksimal.

Jumlah pekerja yang terlibat dalam kerajinan serat alam ini sangat banyak. Satu Koperasi Serba Usaha (KSU) beranggotakan 22-25 pengusaha kerajinan, di mana satu pengusaha kerajinan serat alam mampu menyerap tenaga kerja 20 sampai 30 orang. Artinya kerajinan serat alam ini mampu menciptakan lapangan pekerjaan, serta memberdayakan ibu rumah tangga.

Hal ini dikarenakan pembuat kerajinan serat alam adalah ibu-ibu rumah tangga untuk menambah penghasilan keluarga. Untuk itu, pelatihan dan pembinaan dari dinas terkait sangat dibutuhkan supaya produk lokal dapat diterima semua kalangan, dan sebagai bentuk komitmen pemkab Kulon Progo melalui program "Bela Beli Kulon Progo, harap Purman.

Pada masa pandemi ini, aktivitas ekpor dan penjualan kerajinan serat alam di tempat-tempat wisata berhenti total. Sehingga, perajin serat alam di Sentolo membuat produk berbahan baku pelepah pisang, pandan dan plastik yang dibuat pot tanaman. Saat ini, permintaan pot dari serat alam sangat tinggi. Warga yang bekerja dari rumah banyak memanfaatkan waktunya untuk menanam tanaman hias di halaman rumah.

Kerajinan serat alam dari agel ini sangat berkurang dengan adanya pandemi, karena ekspornya ke Eropa. Untuk itu, perajin serat alam memanfaatkan peluang itu untuk memproduksi pot tanaman berbahan baku pandan dan pelepah pisang.

Pemda DIY dan Pemkab Kulon Progo memfasilitasi penjualan produk serat alam di Pasar Kota Gede dalam Bandara Internasional Yogyakarta. Harapannya menjadi tempat penjualan dan promosi produk lokal Kulon Progo, dan DIY.

"Perajin UMKM serat alam menjadi penggerak ekonomi pada masa pandemi COVID-19," kata Purman.