Kemendikbudristek gandeng GSM rombak kurikulum SMK

id Kemendikbudristek, Gerakan Sekolah Menyenangkan, SMK, kurikulum SMK

Kemendikbudristek gandeng GSM rombak kurikulum SMK

Penyelenggaraan Festival Sekolah Menyenangkan kerja sama Gerakan Sekolah Menyenangkan dan Kemendikbudristek yang diselenggarakan secara hibrida, Senin (20/12/2021). (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggandeng Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) dalam perombakan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

“Perombakan kurikulum SMK akan melibatkan GSM, karena selain dipersiapkan purwarupanya juga perubahan pola pikir juga sangat diperlukan,” ujar Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

Kurikulum tersebut menekankan pada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja (P5BK). GSM telah menjalankan P5BK tersebut di sejumlah sekolah percontohan.

Ia mengaku kurikulum tanpa perubahan pola pikir maka akan sia-sia karena dikhawatirkan guru akan terjebak pada kompetensi teknis saja.

“Padahal antara kompetensi teknis dan nonteknis harus imbang. Kalau mengajar hanya mengejar target akademik, tanpa melihat 'passion' (gairah) atau talenta terbaik anak, yang terjadi hanyalah melahirkan buruh,” kata dia.

Pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal, mengatakan selama ini proses pembelajaran di Tanah Air cenderung diseragamkan dan tidak melihat potensi dan gairah anak.

Rizal menambahkan gairah terjadi saat anak tahu apa yang disukai, namun bobot kurikulum masih kecil. Untuk itu, guru harus tampil sebagai motivator dalam memberikan ruang.

“Itu yang kami tekankan, karena 'passion' idealnya dirasakan sejak dini, sejak anak menempuh pendidikan dasar,” katanya.

Sebelumnya, GSM bersama dengan Kemendikbudristek menyelenggarakan Festival Sekolah Menyenangkan dengan mengangkat tema “Titik Balik”. Festival itu menjadi momentum penghargaan atas terjadinya titik balik yang dialami oleh para guru serta pemangku kepentingan pendidikan dalam perjalanan transformasi pendidikan di Indonesia, khususnya di jenjang SMK.

“Festival ini diberi judul 'Titik Balik' karena kami ingin menyampaikan pesan yang berbeda di festival, yang mana kita tidak sedang merayakan siapa yang mendapat penghargaan, tetapi memfestivalisasi, memberi panggung kepada orang-orang yang kita anggap telah mengalami titik balik di dalam perjalanan kehidupannya, khususnya dalam hal mengajar,” kata Rizal.