Chairwoman G20 Empower: Peran perempuan dalam pemulihan ekonomi sangat penting
Yogyakarta (ANTARA) - Peran perempuan dalam pemulihan ekonomi saat pandemi COVID-19 yang sudah mulai menurun dinilai sangat penting sehingga sudah saat posisinya disejajarkan dengan pria, kata Chairwoman G20 Empower Yessie D. Yosetya.
"Untuk mengangkat peran perempuan perlu adanya peran penting dan keterlibatan tidak saja dari pemerintah tapi juga swasta," kata Yessie saat Konferensi Pers G20 Empower dalam rangkaian Plenary Meeting ke-2 di Yogyakarta, Selasa.
G20 Empower adalah aliansi sektor swasta dan publik di dalam presidensi G20. Aliansi ini bertujuan untuk mempercepat kepemimpinan dan pemberdayaan perempuan di sektor swasta. G20 Empower mempunyai model kemitraan yang unik dan satu-satunya entitas G20 yang menyatukan lebih dari 60 pemimpin bisnis (C level) dan perwakilan pemerintah untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kesetaraan gender.
Keterlibatan perempuan dalam pemulihan ekonomi nasional termasuk juga dalam mengangkat perekonomian keluarga selama ini sudah banyak terjadi, sekalipun proporsinya masih sedikit dan masih menemui banyak kendala dalam mengembangkan usahanya, khususnya berskala usaha kecil dan menengah (UKM).
Dari berbagai temuan yang sudah dilakukan, kata Yessie, pengusaha perempuan UKM masih banyak menemui kendala seperti akses finansial yang tidak merata dan tidak memahami, keahlian yang dimiliki sehingga tidak memiliki percaya diri, serta kemampuan dalam mengelola teknologi digital yang masih minim.
Dalam Plenary meeting ke-2 yang akan berlangsung Rabu (18/5), pihaknya akan fokus pada implementasi dan aksi nyata yaitu akan memperluas kumpulan bakat di UKM, fokus pada peningkatan keterampilan agar siap menghadapi perekonomian masa depan.
"Selain itu juga akan memanfaatkan jaringan advocates atau pendukung global untuk mendorong akuntabilitas, serta akan berkolaborasi dengan pemerintah dan pihak yang relevan," kata Yessie yang juga Direktur & Chief Strategic Transformation & IT Officer XL Axiata.
Co-Chairwoman G20 Empower Rinawati Prihatiningsih mengatakan, dalam krisis ekonomi tahun 1998 pengusaha perempuan UKM masih bisa bertahan dan memberikan kontribusi penting bagi perekonomian, tapi saat pandemi COVID-19 banyak yang tumbang sehingga saat ini merupakan momen yang tepat untuk membangkitkan lagi pengusaha perempuan UKM.
Dia mengatakan, perlu ada kolaborasi yang erat antara pemerintah dan swasta dalam mendorong pengusaha perempuan dalam menjalankan usahanya, mengingat saat ini tidak sedikit perempuan yang juga menjadi tulang punggung perekonomian keluarga.
"Di Indonesia sebesar 43 persen UKM formal dimiliki perempuan dan berkontribusi untuk 9,1 persen total PDB," kata Rinawati yang juga COO PT. Infinite Berkah Energi.
Perwakilan pemerintah di G20 Empower Eko Novi Ariyanti mengatakan, pemerintah akan terus mendukung dan mengeluarkan kebijakan yang pro perempuan sehingga mampu memberikan kontribusi besar dalam perekonomian nasional.
"G20 Empower memiliki pendamping yaitu para pemimpin beragam perusahaan swasta di Indonesia yang menjadi penggerak nilai-nilai atau isu prioritas yang diperjuangkan untuk mengakselerasi terciptanya kesetaraan gender," kata Novi yang juga Asisten Deputi Peningkatan Partisipasi Lembaga Profesi dan Dunia Usaha - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
"Untuk mengangkat peran perempuan perlu adanya peran penting dan keterlibatan tidak saja dari pemerintah tapi juga swasta," kata Yessie saat Konferensi Pers G20 Empower dalam rangkaian Plenary Meeting ke-2 di Yogyakarta, Selasa.
G20 Empower adalah aliansi sektor swasta dan publik di dalam presidensi G20. Aliansi ini bertujuan untuk mempercepat kepemimpinan dan pemberdayaan perempuan di sektor swasta. G20 Empower mempunyai model kemitraan yang unik dan satu-satunya entitas G20 yang menyatukan lebih dari 60 pemimpin bisnis (C level) dan perwakilan pemerintah untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kesetaraan gender.
Keterlibatan perempuan dalam pemulihan ekonomi nasional termasuk juga dalam mengangkat perekonomian keluarga selama ini sudah banyak terjadi, sekalipun proporsinya masih sedikit dan masih menemui banyak kendala dalam mengembangkan usahanya, khususnya berskala usaha kecil dan menengah (UKM).
Dari berbagai temuan yang sudah dilakukan, kata Yessie, pengusaha perempuan UKM masih banyak menemui kendala seperti akses finansial yang tidak merata dan tidak memahami, keahlian yang dimiliki sehingga tidak memiliki percaya diri, serta kemampuan dalam mengelola teknologi digital yang masih minim.
Dalam Plenary meeting ke-2 yang akan berlangsung Rabu (18/5), pihaknya akan fokus pada implementasi dan aksi nyata yaitu akan memperluas kumpulan bakat di UKM, fokus pada peningkatan keterampilan agar siap menghadapi perekonomian masa depan.
"Selain itu juga akan memanfaatkan jaringan advocates atau pendukung global untuk mendorong akuntabilitas, serta akan berkolaborasi dengan pemerintah dan pihak yang relevan," kata Yessie yang juga Direktur & Chief Strategic Transformation & IT Officer XL Axiata.
Co-Chairwoman G20 Empower Rinawati Prihatiningsih mengatakan, dalam krisis ekonomi tahun 1998 pengusaha perempuan UKM masih bisa bertahan dan memberikan kontribusi penting bagi perekonomian, tapi saat pandemi COVID-19 banyak yang tumbang sehingga saat ini merupakan momen yang tepat untuk membangkitkan lagi pengusaha perempuan UKM.
Dia mengatakan, perlu ada kolaborasi yang erat antara pemerintah dan swasta dalam mendorong pengusaha perempuan dalam menjalankan usahanya, mengingat saat ini tidak sedikit perempuan yang juga menjadi tulang punggung perekonomian keluarga.
"Di Indonesia sebesar 43 persen UKM formal dimiliki perempuan dan berkontribusi untuk 9,1 persen total PDB," kata Rinawati yang juga COO PT. Infinite Berkah Energi.
Perwakilan pemerintah di G20 Empower Eko Novi Ariyanti mengatakan, pemerintah akan terus mendukung dan mengeluarkan kebijakan yang pro perempuan sehingga mampu memberikan kontribusi besar dalam perekonomian nasional.
"G20 Empower memiliki pendamping yaitu para pemimpin beragam perusahaan swasta di Indonesia yang menjadi penggerak nilai-nilai atau isu prioritas yang diperjuangkan untuk mengakselerasi terciptanya kesetaraan gender," kata Novi yang juga Asisten Deputi Peningkatan Partisipasi Lembaga Profesi dan Dunia Usaha - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.