Polbangtan Kementan gandeng DPA-DPM lakukan penelitian bawang merah

id kementan,polbangtan yoma

Polbangtan Kementan gandeng DPA-DPM lakukan penelitian bawang merah

Penelitian komoditas bawang merah di Sleman, D.I Yogyakarta (ANTARA/HO-Polbangtan YoMa)

Yogyakarta (ANTARA) - Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng Duta Petani Andalan dan Duta Petani Milenial  (DPA-DPM) melakukan penelitian terkait komoditas bawang merah di Sleman, D.I Yogyakarta.

Siaran pers dari Polbangtan YoMa yang diterima di Yogyakarta, Selasa, menyebutkan kegiatan penelitian sebagai salah satu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi ini mendesak untuk dilakukan seiring dengan makin kompleksnya permasalahan pertanian di lapangan. 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga turut menyoroti pentingnya hal tersebut.

"Kita tidak boleh berspekulasi menghadapi permasalahan pertanian di tengah-tengah kondisi global yang terkontraksi, tidak jelas, nggak pasti ini. Jadi itu yang menjadi salah satu konsen kami bahwa penelitian dan pengembangan pertanian harus menjadi perhatian serius bagi kami," kata Mentan.

Selaras dengan pernyataan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi menegaskan bahwa pertanian di era modern tidak bisa terlepas dari penerapan hasil penelitian.

"Untuk itu berbagai hasil penelitian diaplikasikan untuk meningatkan produktivitas tanaman pertanian," ujar Dedi.

Penelitian yang digawangi oleh Dosen Polbangtan YoMa Rajiman mengambil topik penelitian uji adaptasi berbagai varietas bawang merah. Ada 3 varietas unggul baru (VUB) yang diuji pada demplot penelitian yaitu varietas Tajuk, Cro Kuning, dan Sri Kayang.

"Varietas yang biasa ditanam di daerah Kalasan ini yaitu varietas Tajuk, kami berupaya mengenalkan beberapa varietas lain namun sebelumnya kami coba untuk teliti dahulu daya adaptasinya agar varietas baru ini dapat berproduksi secara maksimal," kata Rajiman.

Sebanyak 3 VUB tersebut diteliti daya adaptasi dan produksinya dengan membedakan perlakuaan jarak tanam dan pemberian pupuk NPK.

"Masing-masing varietas ditanam dengan 4 variasi jarak tanam yaitu 15 cm x 15 cm, 15 cm x 20 cm, 20 cm x 20 cm, dan 20 cm x 25 cm dengan perlakuan pemberian pupuk NPK sebanyak 200 kilogram per hektare," katanya.

Sementara pada umumnya, lanjut Rajiman, di kawasan Sleman petani menanam bawang merah dengan jarak tanam 15 sentimeter kali 20 sentimeter dengan pemberiaan NPK sebanyak 300 kilogram per hektare. 

"Dengan adanya penelitian ini kami berharap 3 VUB tersebut dapat beradaptasi dengan baik, dalam artian dapat berproduksi secara maksimal, sehingga pilihan varietas bawang yang ditanam petani di Kalasan ini semakin beragam," katanya.

Dibanding dengan varietas yang biasa ditanam petani (varietas Tajuk), menurut Rajiman, 2 VUB lainnya mempunyai keunggulan berupa umur yang genjah. Varietas Tajuk biasanya dipanen pada usia 60 hari sementara Cro Kuning dan Sri Kayang dapat dipanen pada umur 55 hari dan 50 hari.

Lokasi penelitian yang berdampingan langsung dengan lokasi Sekolah Lapang (SL) Bawang Merah ini juga menarik perhatian setempat. Petani peserta SL turut memanfaatkan demplot penelitian sebagai media pembelajaran.

"Bekerja sama dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), DPA, dan DPM kami juga menjadikan demplot ini sebagai media pembelajaran bagi petani. Kami sangat terbantu dengan keterlibatan Pak Janu selaku DPA Sleman dan juga Dewa (DPM) yang ikut terlibat aktif dalam kegiatan penelitian. Mereka juga yang nantinya akan membantu kami mendiseminasi hasil penelitian ini ke petani lainnya," ucap Rajiman.

Sementara Janu mengakui bahwa dengan adanya demplot penelitian ini petani mendapatkan banyak manfaat.

"Di seberang demplot penelitian ini ada juga demplot SL. Jadi petani mendapat manfaat dobel, habis belajar dari lahan SL bisa studi banding ke demplot penelitian, tanpa harus menempuh perjalanan jauh dan gratis tanpa dipungut biaya," ucap Janu.