Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta berencana kembali menggelar pemeriksaan kesehatan atau skrining untuk siswa, guna mengantisipasi penularan COVID-19 di sekolah, karena saat ini sudah diselenggarakan pembelajaran tatap muka secara penuh.
“Sudah ada koordinasi dengan dinas kesehatan dan pihak-pihak terkait lainnya. Rencananya akan dilakukan secara acak,” kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta Budhi Asrori di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, skrining tersebut ditujukan sebagai upaya preventif untuk mencegah potensi penularan COVID-19 yang dimungkinkan terjadi dari kegiatan pembelajaran tatap muka yang sudah diselenggarakan secara penuh.
“Kegiatan belajar mengajar sudah dilaksanakan secara normal. Jam pelajaran juga sudah full, sehingga perlu skrining kesehatan, apalagi ada beberapa varian baru yang muncul,” katanya.
Skrining kesehatan tersebut rencananya dilakukan dengan metode swab test PCR secara acak kepada siswa. “Sasaran kegiatan adalah SD dan SMP di Kota Yogyakarta,” katanya, seraya menyebut ada 65 SMP dan 165 SD di kota tersebut.
Jika ditemukan siswa yang dinyatakan positif terpapar COVID-19, maka akan dilakukan penutupan selama lima hari di kelas siswa yang bersangkutan.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lana Unwanah mengatakan skrining kesehatan rencananya dilakukan akhir Juli hingga awal Agustus.
“Siswa mulai pembelajaran tatap muka dan sebelumnya menjalani liburan yang mungkin sedikit melupakan protokol kesehatan. Makanya dilakukan skrining sebagai antisipasi penularan, terhitung dua pekan setelah masuk sekolah,” katanya.
Selain skrining kesehatan, Lana mengingatkan agar protokol kesehatan tetap dijaga selama berada di sekolah, salah satunya disiplin mengenakan masker.
Berdasarkan data, kasus aktif COVID-19 di Kota Yogyakarta mengalami kenaikan pada Senin (18/7) dengan tambahan 23 pasien terkonfirmasi positif sehingga saat ini ada 76 pasien yang menjalani isolasi dan perawatan. "Kenaikan kasus pada awal pekan ini cukup banyak karena sebelumnya tidak sampai lebih dari 20 kasus per hari. Ini harus menjadi kewaspadaan bersama," katanya.