Hal itu dikarenakan skor ESG saat ini mulai menjadi aspek pertimbangan bagi para investor yang hendak menanamkan modalnya.
“Kami tahu bahwa ke depan, 80 persen dari pendanaan kita harus cari dari private sector. Dan norma baru di dunia, kalau kita ingin floating bond ataupun yang lain, apakah itu di New York, di London, ataupun di Tokyo, mereka pasti akan tanya, ESG recordnya seperti apa,” kata Bambang dalam acara peluncuran Asosiasi ESG Indonesia di Jakarta, Senin.
Oleh karenanya, OIKN membentuk Komite ESG sebagai komite khusus yang bertugas mengawasi serta mendorong pembangunan IKN agar selaras dengan basis prinsip lingkungan, sosial dan tata kelola yang baik (ESG).
Selain itu, Komite ESG juga akan menjadi komite yang memberikan pengawalan dan membuat suatu neraca ESG.
Lebih lanjut, Bambang menjelaskan bahwa IKN mempunyai luas wilayah sekitar 256 ribu hektare, 4 kali luas Jakarta, namun 65 persen dari wilayah itu akan dijadikan hutan tropis sebagai wujud komitmen Indonesia terhadap upaya reforestasi dan penerapan prinsip ESG.
Selain itu, IKN juga diperkirakan hanya dihuni sekitar 1,9 - 2 juta penduduk.
Ketua Asosiasi ESG Indonesia Rhenald Kasali juga menilai prinsip ESG penting bagi Indonesia karena kemajuan ekonomi yang dicapai Indonesia dapat membangkitkan bangsa lain untuk mengintai kelemahan dari ESG Indonesia.