Gunungkidul terapkan perpustakaan berbasis inklusi

id Gunungkidul,perpustakaan berbasis inklusi

Gunungkidul terapkan perpustakaan berbasis inklusi

Bupati Gunungkidul Sunaryanta memberikan pesan terkait layanan perpustakaan berbasis inklusi. (ANTARA/HO-Humas Pemkab Gunungkidul)

Gunungkidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menerapkan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial untuk meningkatkan penggunaan layanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Gunungkidul Kisworo di Gunungkidul, Senin, mengatakan pemberlakuan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS) merupakan peningkatan pelayanan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan.

"Program ini di dalamnya adalah membangun komitmen dan dukungan pemangku kepentingan untuk transformasi perpustakaan yang berkelanjutan, yang berdasar pada konsep sosial," kata Kisworo.

Ia mengatakan di Gunungkidul, dari 144 desa sudah ada 55 perpustakaan yang dapat direplikasi menjadi perpustakaan desa TPBIS atau sekitar 38,2 persen. Program ini juga mendapatkan pendampingan dari Pascasarjana UGM.

"Pendampingan ini sudah berjalan empat bulan, salah satunya tengah dijalankan di Tepus dan Mulo," katanya.

Kisworo mengatakan Tim PBIS yang dilantik oleh bupati hari ini memiliki tugas melakukan identifikasi, inventarisasi, dan pemetaan kebutuhan, melaksanakan sosialisasi, advokasi, dan integrasi program/kegiatan, membangun jejaring.

"Anggota TPBIS ini, di antaranya perpustakaan daerah, organisasi perangkat daerah (OPD) yang menangani perencanaan, OPD pembantu dan pemberdayaan masyarakat desa, Diskominfo, perbankan, perusahaan, bunda literasi dan komunitas," katanya.

Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan kolaborasi dan sinergi Tim PBIS diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan mendorong tugas pokok dan fungsi ataupun tujuan dari setiap pemangku kepentingan.

"Saling bertukar gagasan juga agar memperkuat sinergi dan kemampuan literasi,” katanya.

Bupati mengatakan era modernisasi ini keberadaan perpustakaan tak sekadar menjadi tempat membaca dan meminjam buku belaka, namun sebagai wahana menggerakkan ekonomi kreatif.

"Sudah saatnya sekarang membangun kesadaran tentang pentingnya perpustakaan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat," katanya.