Sleman (ANTARA) - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan difasilitasi dana Pokir anggota DPRD Kabupaten Sleman Sukron Arif Muttaqiem menyelenggarakan kegiatan bedah buku "Salah Kaprah Aksara Jawa" di Sleman, Kamis.
Buku "Salah Kaprah Aksara Jawa" setebal 158 halaman ini ditulis oleh Syukron Arif Muttaqien yang saat ini menjadi anggota DPRD Sleman bersama Mas Lurah Dwijaprasetyaprasaja yang saat ini menjabat Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.
Bedah buku yang menghadirkan kedua penulis tersebut dihadiri akademisi, guru-guru Bahasa Jawa dan masyarakat pemerhati Bahasa Jawa.
Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman Abu Bakar menyampaikan apresiasi yang tinggi atas ditulisnya buku Salah Kaprah Aksara Jawa.
"Ini menunjukkan masih ada yang peduli dengan aksara Jawa karena dewasa ini sudah ditinggalkan oleh anak-anak muda. Bahasa jawa saja sudah mulai dilupakan apalagi aksaranya (huruf Jawa)," katanya.
Menurut dia, isu digitalisasi menuntut aksara Jawa untuk pelan namun pasti dengan kebiasaan baru digital aksara Jawa mengejar ketertinggalannya di ranah digital sejak diajukannya proposal unicodisasi aksara Jawa ke "consortium unicode".
"Kegiatan ini menjadi gerbang aksara Jawa untuk mengedukasi bagi anak TK dan SD sehingga mereka mengenal aksara Jawa sejak dini untuk selanjutnya bisa berbahasa Jawa dengan baik dan benar, serta bisa membaca dan menulis aksara Jawa," katanya.
Sedangkan Sukron Arif Muttaqien mengatakan, buku Salah Kaprah Aksara Jawa ini merupakan salah satu tulisan yang membahas perihal aksara Jawa, permasalahan yang sering muncul dan sering menjadi pertanyaan terkait aksara Jawa.
"Salah Kaprah Aksara jawa ini disajikan untuk memudahkan kita mengurangi pernak pernik yang terkait dengan penggunaan aksara Jawa, baik yang sudah dalam bentuk naskah bacaan maupun kegiatan penulisan," katanya.
Ia mengatakan, pemahaman tentang aksara Jawa selama ini hanya berhenti pada narasi-narasi filosofi dan mitologi.
"Aspek lain dari hadirnya sebuah aksara tidak dinarasikan sedemikian rupa sehingga banyak kalangan yang kemudian mengalami latah berjamaah apabila menemukan ada informasi atau literasi baru tentang aksara Jawa," katanya.
Sukron berharap tulisan ini bisa menambah warna pemahaman aksara Jawa kedepannya.