Yogyakarta (ANTARA) - Empat mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggagas pemanfaatan kulit mangga untuk membuat larvasida alami guna menekan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
"Dalam kulit mangga terdapat senyawa flavonoid, saponin, serta tanin, yang berpotensi digunakan sebagai larvasida," kata salah satu mahasiswa FK-KMK UGM Santi Andriyani dalam keterangan resmi di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, kajian pustaka dari penelitian terdahulu menemukan adanya senyawa aktif dalam kulit mangga yang potensial dikembangkan sebagai zat yang dapat digunakan untuk membunuh larva nyamuk.
Santi bersama tiga rekannya di FK-KMK UGM, Salman Hafiz Ar-ramli Lubis, Nisa Munawwarah, dan Jessica Edelyne, yang tergabung dalam Tim Mango Skin for Organic Sustainable Aedes Insect Control (MOSAIC) kemudian menggagas formula itu.
Santi menjelaskan flavonoid mampu mengganggu sistem saraf dan pernapasan larva, sedangkan saponin bisa menjadi racun lambung kuat pada serangga, dan tanin mampu menghambat enzim pencernaan.
Gagasan penggunaan limbah kulit mangga sebagai larvasida alam, kata Santi, tidak hanya menjadi alternatif dalam membantu pencegahan kasus DBD saja, tapi juga berkontribusi mengurai persoalan lingkungan dengan mengolah limbah yang sebelumnya tidak dimanfaatkan dan hanya menjadi sampah bagi lingkungan.
Ia mencontohkan di Thailand pada 2020 total produksi mangga mencapai 1,66 juta ton sehingga ada potensi besar limbah sampah kulit mangga di negara tersebut.
"Hal ini membuat kami berpikir bahwa limbah olahan yang berasal dari kulit mangga di Thailand memiliki potensi besar untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi negaranya. Karena Thailand sendiri merupakan salah satu produsen mangga terbesar di dunia," katanya.
Mahasiswa FK-KMK UGM lainnya, Salman Hafiz menambahkan ide pengembangan larvasida alami berangkat dari keprihatinan mereka terhadap laporan WHO mengenai lonjakan tajam kasus DBD secara global.
Lonjakan wabah DBD ditandai dengan peningkatan signifikan dalam jumlah, skala, dan peningkatan kasus.
"Bahkan WHO menyatakan terjadinya lonjakan wabah pada saat ini diikuti dengan penyebaran ke wilayah yang sebelumnya belum terpapar DBD," ujarnya.
Data WHO 2023 mencatat meski hampir 80 persen atau sekitar 4,1 juta kasus penyebaran wabah DBD dilaporkan terjadi di wilayah Amerika. Namun di Asia Tenggara, terutama di Thailand, prevalensi kejadian DBD pada 2023 meningkat tajam menjadi lebih dari 300 persen dibanding tahun sebelumnya.
Gagasan yang diusung empat mahasiswa muda dalam Tim MOSAIC itu berhasil mengantarkan mereka sebagai finalis dalam kompetisi Internasional Bio-Circular-Green economy (BCG) yang diselenggarakan oleh Kasetsart University, Thailand.
Peneliti Pusat Kedokteran Herbal UGM sekaligus pembimbing Tim MOSAIC, Dr Jatmiko Wicaksono, mengatakan dengan keikutsertaan mahasiswa UGM dalam kompetisi maupun forum internasional bisa memberikan pengalaman bagi mereka.
"Gagasan yang diajukan juga dapat memberikan kontribusi dalam penyelesaian persoalan di tingkat global," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mahasiswa UGM gagas pemanfaatan kulit mangga untuk tekan kasus DBD
Berita Lainnya
PSW UGM : Pendidikan seksual sejak dini cegah pelecehan seksual
Senin, 18 November 2024 21:19 Wib
Pakar UGM: Transmigrasi di Papua masih diperlukan dengan perbaikan seleksi
Senin, 18 November 2024 14:45 Wib
Akademisi UGM nilai program transmigrasi di Papua masih dibutuhkan
Sabtu, 16 November 2024 14:52 Wib
Jenazah mantan Rektor UGM Ichlasul Amal dimakamkan di Sawitsari Sleman
Kamis, 14 November 2024 12:28 Wib
Peneliti UGM sebut temuan gua di Gunungkidul tak bahayakan JJLS
Kamis, 14 November 2024 10:28 Wib
Peneliti UGM sebut gua di JJLS punya ornamen terbaik di Gunungkidul
Senin, 11 November 2024 18:53 Wib
Pakar hukum UGM usulkan Bawaslu diberi kewenangan seperti KPK
Kamis, 7 November 2024 15:35 Wib
FKKMK UGM ajak mahasiswa internasional memperkuat kesehatan masyarakat
Selasa, 5 November 2024 20:06 Wib