Bahaya pneumonia dan COVID-19 pada bayi

id pneumonia,covid-19,bayi,anak

Bahaya pneumonia dan COVID-19 pada bayi

Dokter Dixon Hovin (ANTARA/HO-Dok. Pribadi)

Yogyakarta (ANTARA) - Sebagai orang tua, Anda pasti khawatir bila Si Kecil mengalami masalah kesehatan, termasuk pneumonia. Oleh karena itu, langkah pencegahan perlu dilakukan guna melindungi pneumonia pada anak. Bagaimana ciri-cirinya dan pencegahannya?.

Dalam ulasannya bersama Doodle Exclusive Baby Care, dr. Dixon Hovin mengatakan bagi yang merasa ini bahasa awam sebelumnya harus mengetahui asal dari kata pneumonia. Kata pneumonia berarti neumon yang merupakan bahasa dari Yunani kuno yang artinya paru-paru. Sedangkan pneumonia merupakan infeksi paru-paru disebabkan oleh bakteri dan virus.

"Harus mengetahui arti asal dari kata pneumonia, neumon bahasa dari Yunani kuno artinya paru-paru. Kalau sudah ada gambaran paru-paru biasanya sudah tahu. Infeksi paru-paru disebabkan oleh bakteri dan virus. Efek dan gambarannya bagaimana?" katanya.

Dalam paru-paru ada kantong-kantong kecil seperti gelembung, ketika orang normal akan mengembang. Ketika mengembang akan terisi udara, akan terjadi pertukaran oksigen.

"Pada orang yang terkena pneumonia atau infeksi paru-paru daerah kantong-kantong tersebut akan berisi cairan bisa cairan nanah, cairan karena infeksi seperti lendir yang menyebabkan gangguan pada pertukaran oksigen yang membuat pernapasan menjadi sulit dan bisa membahayakan jika sudah terlalu parah," tuturnya.

Adapun perbedaan pneumonia dengan COVID-19, Dixon menjelaskan COVID-19 merupakan singkatan dari Corona Virus Infection Disease. Sehingga corona virus merupakan semua penyakit yang ditimbulkan oleh corona virus bisa bermacam-macam gejalanya.

Gejalanya biasanya yang menyerang infeksi saluran pernapasan bisa flu, bisa pilek seperti flu, bahkan kalau pada anak bergejala demam, ruam, diare, dan muntah. Bahkan bisa juga terjadi gejala berat pada anak.

"Ketika sudah gejala berat, ingat kembali lagi pneumonia adalah infeksi paru-paru yang disebabkan bakteri atau virus. Virus COVID-19 itu bisa menyebabkan pneumonia hanya saja pada anak-anak tidak parah dan penyebab kematiannya sedikit. Infeksi COVID-19 bisa menyebabkan pneumonia tetapi tidak semua pneumonia merupakan COVID-19," katanya.

Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Rachmi Yogyakarta ini mengungkapkan faktor risiko pneumonia bermacam-macam terutama pada bayi, yakni ada infeksi dari tempat lain, ada riwayat batuk pada keluarga atau lingkungan sekitar atau mungkin ada anak-anak dari sekolah yang menularkan ke bayi, serta polusi baik polusi indoor maupun polusi outdoor.

"Yang termasuk polusi outdoor misalnya asap kendaraan dan debu, sedangkan polusi indoor misalnya asap rokok, beberapa tempat masih menggunakan tungku untuk memasak itu juga mempengaruhi terjadinya pneumonia," ujarnya.

Penyebab lain yakni kelainan jantung bawaan, aspirasi makanan saat makan kelainan anatomis sehingga makanan atau minumannya masuk ke paru-paru, anak-anak gizi buruk, geerd yang menyebabkan infeksi pada paru-paru.

Dixon menambahkan, pneumonia adalah suatu infeksi paru-paru disebabkan oleh virus atau bakteri. Pada anak-anak memang lebih sering disebabkan bakteri. Pengobatannya dengan meminum antibiotik. Dengan meminum antibiotik biasanya akan sembuh, tetapi tidak jarang jika ada gejala berat butuh perawatan ekstra seperti rawat inap dengan diberikan oksigen.

Jika infeksi disebabkan virus seperti infeksi COVID-19 biasanya self-limiting disease. Self-limiting disease adalah tubuh akan sembuh dengan sendirinya, imun tubuh yang melawan. Yang dibutuhkan hanya terapi-terapi suportif seperti jika demam mengkonsumsi obat demam, jika batuk berdahak minum pengencer dahak.

"Apakah bisa sembuh atau tidak? Inilah butuh support orang-orang sekitar seperti orang tua ataupun pengasuh dan segera ke fasilitas kesehatan terdekat," katanya.

Bagaimana membedakan pneumonia atau flu biasa:
1. Pneumonia adalah suatu infeksi paru-paru berarti kan paru-paru berada di daerah dada. Berarti adanya suatu infeksi di daerah dada. Biasanya ada demam dan sulit untuk bernapas. Pada bayi biasanya akan terjadi napasnya cepat.
2. Bagian bawah pada rusuk, pada anak-anak terlihat tarikan dinding ke dalam sehingga napasnya seolah-olah napas cepat.
3. Tidak jarang juga pada gelaja berat anaknya gelisah, tidak mau makan dan minum, bisa sampai kehilangan kesadaran bahkan ada kejang.

"Segera bawalah bayi atau ke fasilitas kesehatan terdekat jika sudah mengalami tanda-tanda seperti yang disebutkan tersebut," ujarnya.

Dokter yang berdomisili di Kota Yogyakarta juga menuturkan bagaimana pneumonia dapat mempengaruhi perkembangan jangka panjang. Untuk bayi atau anak terkena pneumonia kembali, bisa dilihat ada 2 kemungkinan, bisa jadi pneumonia sendiri atau ada faktor lain misalnya mempunyai kelainan jantung bawaan atau memiliki geerd pada bayi kemungkinan bisa terkena infeksi pneumonia besar.

"Ketika bisa membuang kemungkinan lainnya, itu bisa dijadikan patokan pneumonia yang menjadi efek kesehatan ke depannya," kata Dixon.

Dari pneumonia terbaru tahun 2015, dari Australia menyebutkan ada kemungkinan ada efek jangka panjang akibat pneumonia. Biasanya terjadi pada bayi atau anak yang sudah mengidap pneumonia yang berat yang membutuhkan perawatan insentif. Pada penelitian ini masih banyak faktor memungkinkan masih ada kesimpulan yang salah, masih ada follow up yang kurang panjang dan tidak menyeluruh sehingga masih perlu dikaji lagi.

"Yang perlu diperhatikan ketika anak sudah terkena pneumonia yakni pentingnya hilangnya gejala total setelah sembuh dari pneumonia, mengurangi risiko-risiko penyebab pneumonia seperti asap rokok, asap kendaraan, memakai masker, menjaga higiene, mencegah nutrisinya kurang. Untuk sementara jika bukan pneumonia berat tidak perlu dikhawatirkan," katanya.

Pada akhir perbincangannya bersama Doodle Exclusive Baby Care, dr. Dixon Hovin berharap sudah paham akan pneumonia. Selain itu, mengetahui faktor risiko kenapa bisa terjadi pneumonia.

"Ketika sudah mengetahui cara penularannya, untuk itu kita perlu tahu cara pencegahannya, seperti mencuci tangan dengan sabun ataupun antiseptik, menggunakan masker pada anak diatas 2 tahun, vaksin, mengurangi faktor resiko. Yang paling penting mendeteksi dini melihat apakah ada napas cepat, ada tarikan dada kedalam, ada demam. Jika sudah ketemu beberapa ciri-ciri tersebut bawalah segera bayi atau anak ke fasilitas terdekat," tuturnya.