Paku Alam sebut Hari Jadi DIY momen bangkitkan kecintaan budaya Yogyakarta
Yogyakarta (ANTARA) - Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta KGPAA Paku Alam X mengatakan, Hari Jadi ke-269 DIY merupakan momentum untuk membangkitkan kecintaan masyarakat terhadap bumi dan budaya Yogyakarta sekaligus menghormati para pendiri "Ngayogyakarta Hadiningrat".
"Hari ini juga menyiratkan seruan, untuk menghargai sesama manusia, sekaligus membangkitkan kecintaan terhadap bumi dan budaya Yogyakarta," kata Paku Alam X saat membacakan amanat Gubernur DIY dalam Upacara Peringatan Hari Jadi ke-269 DIY di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Rabu.
Penetapan tanggal hari jadi Daerah Istimewa Yogyakarta, katanya, merujuk pada perjalanan sejarah yang mencapai titik penting pada 13 Maret 1755, atau selaras dengan penanggalan kalender Jawa, Kemis Pon, 29 Jumadil'awal tahun Be 1680.
Saat itu, di Hutan Beringan, Sultan Hamengku Buwono I, secara resmi mendeklarasikan berdirinya "Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat".
"Penamaan 'Ngayogyakarta Hadiningrat' merefleksikan gambaran tentang sebuah nagari yang makmur, sekaligus juga menjabarkan sebuah model peradaban ideal, bagaimana kesejahteraan manusia merefleksikan keindahan semesta," katanya.
Momentum itu, sekaligus juga menandakan pembentukan negara dan pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, lengkap dengan elemen pemerintahan, wilayah, dan rakyatnya, meskipun istana belum terbangun.
Sebagai kilas balik sejarah perjuangan kemerdekaan, kata dia, momentum peringatan Hari Jadi DIY menandakan titik tertinggi semangat perjuangan Pangeran Mangkubumi.
Paku Alam X menyebut peradaban baru "Ngayogyakarta Hadiningrat" merupakan saksi gigihnya upaya merebut independensi, dari cengkeraman kolonial Belanda.
Tema yang diusung pada tahun ini yakni "Maju, Sejahtera, Berkelanjutan, dijiwai Kebudayaan dan Keistimewaan" memiliki makna yang saling berkaitan satu sama lain.
Terkait kesejahteraan, menurut Paku Alam, merupakan wujud eksositem sosial yang sejahtera, melalui pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat secara layak dan adil, dijamin oleh sistem yang dirancang untuk efisiensi dan keadilan.
Berkelanjutan, katanya, dapat dimaknai sebagai integrasi antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian sumber daya alam yang dapat dicapai melalui penerapan teknologi, yang memungkinkan untuk hidup selaras dengan alam.
Pada sisi lain, kebudayaan harus diinterpretasikan ulang melalui lensa kemajuan, di mana nilai dan identitas budaya diperkuat dan dilestarikan melalui inovasi, sehingga lebih relevan di tengah masyarakat modern, tanpa menghilangkan esensi kearifannya.
Keistimewaan DIY, kata Paku Alam X, harus ditegakkan dalam konteks teknokratis yang berintegrasi dengan program-program pembangunan yang unik dan memanfaatan teknologi.
Wagub DIY berharap peringatan Hari Jadi ke-269 DIY sekaligus menjadi momentum menghormati pengorbanan para pendiri "Ngayogyakarta Hadiningrat", para pahlawan, dan para pendahulu yang telah memperjuangkan kemerdekaan, dan merintis eksistensi DIY.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Paku Alam: Hari Jadi DIY momen bangkitkan kecintaan budaya Yogyakarta
"Hari ini juga menyiratkan seruan, untuk menghargai sesama manusia, sekaligus membangkitkan kecintaan terhadap bumi dan budaya Yogyakarta," kata Paku Alam X saat membacakan amanat Gubernur DIY dalam Upacara Peringatan Hari Jadi ke-269 DIY di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Rabu.
Penetapan tanggal hari jadi Daerah Istimewa Yogyakarta, katanya, merujuk pada perjalanan sejarah yang mencapai titik penting pada 13 Maret 1755, atau selaras dengan penanggalan kalender Jawa, Kemis Pon, 29 Jumadil'awal tahun Be 1680.
Saat itu, di Hutan Beringan, Sultan Hamengku Buwono I, secara resmi mendeklarasikan berdirinya "Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat".
"Penamaan 'Ngayogyakarta Hadiningrat' merefleksikan gambaran tentang sebuah nagari yang makmur, sekaligus juga menjabarkan sebuah model peradaban ideal, bagaimana kesejahteraan manusia merefleksikan keindahan semesta," katanya.
Momentum itu, sekaligus juga menandakan pembentukan negara dan pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, lengkap dengan elemen pemerintahan, wilayah, dan rakyatnya, meskipun istana belum terbangun.
Sebagai kilas balik sejarah perjuangan kemerdekaan, kata dia, momentum peringatan Hari Jadi DIY menandakan titik tertinggi semangat perjuangan Pangeran Mangkubumi.
Paku Alam X menyebut peradaban baru "Ngayogyakarta Hadiningrat" merupakan saksi gigihnya upaya merebut independensi, dari cengkeraman kolonial Belanda.
Tema yang diusung pada tahun ini yakni "Maju, Sejahtera, Berkelanjutan, dijiwai Kebudayaan dan Keistimewaan" memiliki makna yang saling berkaitan satu sama lain.
Terkait kesejahteraan, menurut Paku Alam, merupakan wujud eksositem sosial yang sejahtera, melalui pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat secara layak dan adil, dijamin oleh sistem yang dirancang untuk efisiensi dan keadilan.
Berkelanjutan, katanya, dapat dimaknai sebagai integrasi antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian sumber daya alam yang dapat dicapai melalui penerapan teknologi, yang memungkinkan untuk hidup selaras dengan alam.
Pada sisi lain, kebudayaan harus diinterpretasikan ulang melalui lensa kemajuan, di mana nilai dan identitas budaya diperkuat dan dilestarikan melalui inovasi, sehingga lebih relevan di tengah masyarakat modern, tanpa menghilangkan esensi kearifannya.
Keistimewaan DIY, kata Paku Alam X, harus ditegakkan dalam konteks teknokratis yang berintegrasi dengan program-program pembangunan yang unik dan memanfaatan teknologi.
Wagub DIY berharap peringatan Hari Jadi ke-269 DIY sekaligus menjadi momentum menghormati pengorbanan para pendiri "Ngayogyakarta Hadiningrat", para pahlawan, dan para pendahulu yang telah memperjuangkan kemerdekaan, dan merintis eksistensi DIY.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Paku Alam: Hari Jadi DIY momen bangkitkan kecintaan budaya Yogyakarta