Yogyakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak bidang nutrisi dan penyakit metabolik Prof Dr dr Aryono Hendarto, SpA(K), mengatakan bahwa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) berperan dalam membangun fondasi kesehatan dan mencegah obesitas pada anak.
"Anak dengan obesitas dapat mengalami sejumlah penyakit penyerta seperti sindrom metabolik yaitu tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, perlemakan hati, gangguan pernapasan saat tidur, dan kanker," katanya dalam siaran pers yang diterima di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), diabetes pada anak Indonesia meningkat 70 kali lipat pada tahun 2023, di mana 70 persen penyebabnya adalah obesitas. Selain itu, sebanyak 55 persen obesitas pada anak akan menjadi obesitas pada saat remaja, selanjutnya 80 persen obesitas remaja bertahan hingga dewasa.
Meskipun begitu, seringkali obesitas tidak mendapat perhatian yang sebanding, padahal WHO telah menggambarkan obesitas pada anak sebagai masalah kesehatan global yang serius, dengan diperkirakan 124 juta anak mengalami obesitas di seluruh dunia.
Di Indonesia, data Status Gizi Indonesia 2022 menunjukkan peningkatan kejadian obesitas anak dalam 4 dekade yang mengalami peningkatan sebesar 10 kali lipat.
"Mengingat obesitas sulit untuk diatasi, pencegahan merupakan prioritas yang harus dilakukan sedini mungkin mulai dari periode pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI)," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) itu.
Pada periode ini, anak mulai membentuk selera makan, preferensi makanan, dan metabolisme yang penting dalam membentuk dasar kesehatan mereka di masa depan. MPASI yang diberikan sebaiknya dimulai saat bayi sudah mencapai usia enam bulan. Pemberian MPASI terlalu dini (di bawah 4 bulan) dapat meningkatkan risiko obesitas.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa anak obesitas di satu sisi mengalami kelebihan makronutrien seperti karbohidrat, lemak dan protein, tetapi di sisi yang lain kekurangan mikronutrien seperti zat besi, sehingga MPASI harus bergizi lengkap dan seimbang.
"MPASI yang tinggi zat besi penting untuk mencegah anemia dan mengatur keseimbangan metabolisme sehingga anak menjadi lebih aktif dan sehat," kata Aryono.
Menurut dia, penting juga untuk menghindari beberapa kesalahan dalam pemberian MPASI yang dapat meningkatkan risiko obesitas. Pemberian MPASI yang tidak sesuai dengan tahapan usia anak, misalnya memberikan makanan dewasa seperti snack yang bukan khusus bayi bisa menyebabkan obesitas karena kalori yang lebih tinggi dari kebutuhan bayi.
"Agar terhindar dari obesitas, salah satu asupan yang harus benar-benar diperhatikan adalah gula," kata Ketua Program Studi S3 Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UI itu.
Aryono mengatakan, bagi orang tua yang memiliki keterbatasan waktu dan khawatir dalam memenuhi kebutuhan zat gizi makro dan mikro anak, MPASI fortifikasi dapat menjadi pilihan bagi si kecil.
Salah satu keunggulan MPASI fortifikasi adalah memiliki kandungan gizi yang terukur dan seimbang, termasuk zat besi dan gula, yang disesuaikan dengan kebutuhan di setiap tahapan usia anak. Oleh karena itu, produk MPASI fortifikasi dilengkapi dengan label "rekomendasi usia".
"MPASI fortifikasi yang telah lulus uji BPOM, selain bebas pengawet, pewarna dan perasa juga memiliki kadar garam dan gula yang sesuai dengan standar keamanan untuk bayi. Jadi, orang tua tidak perlu khawatir untuk memberikan MPASI fortifikasi," tuturnya.
Berita Lainnya
MPASI bikinan sendiri lebih baik ketimbang dijual di jalan
Minggu, 23 Juni 2024 19:40 Wib
MPASI dikonsumsi bayi jangan ditambahi bumbu
Sabtu, 3 Februari 2024 6:07 Wib
Ahli gizi imbau hindari blender untuk membuat makanan pendamping ASI
Kamis, 1 Februari 2024 13:05 Wib
Dokter: MPASI fortifikasi dapat jadi pilihan penuhi kebutuhan gizi bayi
Senin, 30 Oktober 2023 23:09 Wib
Pakar: MPASI fortifikasi dikontrol sangat ketat oleh BPOM
Kamis, 28 September 2023 0:53 Wib
Dokter gizi tidak sarankan anak dapat MPASI dini
Kamis, 19 Januari 2023 0:19 Wib