Dinkes Bantul: Jajanan buka puasa aman dari bahan berbahaya

id Dinkes Bantul ,Jajanan takjil aman ,Pengawasan makanan

Dinkes Bantul: Jajanan buka puasa aman dari bahan berbahaya

Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta (ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut bahwa jajanan makanan dan minuman untuk menu berbuka puasa atau takjil yang dipasarkan di daerah ini aman dari kandungan bahan berbahaya atau bahan yang tidak baik bagi kesehatan.

Kasi Farmasi, Makan, Minuman, dan Alat Kesehatan Dinkes Bantul Heru Purwanto di Bantul, Selasa, mengatakan telah bekerja sama dengan Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Yogyakarta untuk melakukan pengawasan terhadap jajanan takjil jelang buka puasa di sejumlah titik pasar sore.

Dia mengatakan, dari sekitar 18 sampel makanan dan minuman yang diuji, Dinkes Bantul dan petugas BPOM Yogyakarta tidak menemukan produk makanan buka puasa dengan kandungan bahan yang tidak diperbolehkan untuk pangan.

"Artinya, hasil itu dinyatakan aman, hal ini karena adanya peran serta dari kader keamanan pangan desa yang telah dilatih Dinkes Bantul untuk selalu mengingatkan para pedagang dalam penggunaan bahan tambahan pangan yang aman bagi kesehatan," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, selain jajanan takjil, pihaknya juga telah melakukan pengawasan pangan menghadapi Idul Fitri 1445 Hijriah di sejumlah tempat seperti supermarket dan minimarket, dan ditemukan sejumlah produk makanan yang sudah tidak layak konsumsi, dan kadaluwarsa atau ijin edarnya tidak berlaku.

"Temuan produk makanan yang tidak layak konsumsi itu misalnya roti sudah berjamur, beberapa produk kemasan rusak atau penyok," katanya.

Terhadap temuan tersebut, Dinkes Bantul mengambil tindakan berupa membuat berita acara pemeriksaan, melakukan pengamanan produk yang tidak layak konsumsi dan memberikan pembinaan kepada pelaku industri pangan.

"Tindakan itu dilakukan agar makanan yang sudah tidak layak konsumsi dan kedaluwarsa tersebut tidak diperjualbelikan dan tidak dikonsumsi masyarakat," katanya.

Dengan demikian, kata dia, harapannya makanan dapat dilakukan pembaharuan dengan makanan yang layak dan layak edar, sehingga tidak terjadi penyebaran penyakit kepada masyarakat yang disebabkan makanan tidak layak konsumsi.