Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengimbau masyarakat di wilayah ini melakukan deteksi dini penyakit tidak menular, khususnya diabetes melitus (DM), mengingat tingginya prevalensi penderita penyakit itu.
"Di Kota Yogya penderita diabetes melitus memiliki prevalensi tertinggi sebesar 4,9 persen dibandingkan empat kabupaten di Provinsi DIY," kata Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah dalam keterangan di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, deteksi dini penting untuk mencegah diabetes maupun penyakit tidak menular lainnya, baik secara mandiri oleh masing-masing individu di fasilitas kesehatan terdekat, maupun secara terencana melalui pos pembinaan terpadu (Posbindu) di wilayah, satuan pendidikan, swasta, maupun sektor lain.
Selain untuk pencegahan, menurut dia, deteksi dini juga mampu menekan biaya kesehatan dibandingkan jika telah memasuki fase perawatan.
Berdasarkan data profil kesehatan Kota Yogya pada 2023, dia menyebut, tren pelayanan penanganan penyakit diabetes di wilayah ini meningkat.
"Dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan mencakup lebih dari 28 ribu orang," kata dia.
Meski tidak menular, Lana menyebut, diabetes menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia.
Selain itu, orang dengan diabetes juga memiliki risiko lebih tinggi terkena tuberculosis (TB).
"Untuk itu kesadaran tentang diabetes harus dibangun bersama, dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang ataupun keluarga," kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani menekankan masyarakat mengontrol asupan gula, garam, dan lemak untuk menghindari diabetes.
Selain itu, cek kesehatan secara rutin, mengenyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat kalori seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres.
Ia menganjurkan konsumsi gula dalam sehari maksimal setara dengan empat sendok makan atau 50 gram, untuk garam setara satu sendok teh atau 5 gram, serta lemak setara lima sendok makan atau 67 gram.
"Yang menjadi catatan adalah justru kebanyakan yang terkena DM adalah mereka yang tergolong usia produktif. Ini menandakan masih banyak masyarakat yang belum menerapkan pola hidup sehat. Ditambah dengan makanan dan minuman yang kandungan gulanya tinggi yang tersedia dan mudah diakses," ujar dia.
Berita Lainnya
Dinkes Kulon Progo mengintensifkan penyelidikan epidemiologi parotitis
Kamis, 31 Oktober 2024 18:41 Wib
Dinkes Bantul: Masyarakat menggencarkan PSN cegah DBD hadapi musim hujan
Kamis, 31 Oktober 2024 18:40 Wib
Sekolah di Kota Yogyakarta diminta mewaspadai gondongan pada anak
Kamis, 31 Oktober 2024 3:55 Wib
Dinkes Yogyakarta imbau masyarakat waspadai ISPA selama masa pancaroba
Rabu, 23 Oktober 2024 2:18 Wib
Pemkab Bantul harapkan semua kelurahan miliki rumah produksi pangan lokal
Rabu, 16 Oktober 2024 12:37 Wib
Kulon Progo kerahkan kader kesehatan-posyandu turunkan stunting
Rabu, 16 Oktober 2024 11:12 Wib
Dinkes mengimbau masyarakat Bantul waspadai dehidrasi pada musim pancaroba
Selasa, 15 Oktober 2024 12:28 Wib
Dinkes Bantul analisis faktor penyebab stunting di wilayah kasus tertinggi
Selasa, 15 Oktober 2024 9:38 Wib