Pemda DIY memperkenalkan Sumbu Filosofi Yogyakarta melalui JWHF 2024

id Sumbu Filosofi,JWHF 2024,DIY,Yogyakarta

Pemda DIY memperkenalkan Sumbu Filosofi Yogyakarta melalui JWHF 2024

Pengendara melintas di dekat Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, Selasa (19/9/2023). Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta yang menghubungkan Gunung Merapi dan Samudera Hindia melewati Tugu Pal Putih, Keraton Yogyakarta dan Panggung Krapyak yang dibangun oleh Sultan Mangkubumi menjadi warisan dunia. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/aww.

Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengenalkan Sumbu Filosofi Yogyakarta melalui Jogja World Heritage Festival (JWHF) 2024 yang akan digelar pada 21-22 September 2024.

"Melalui gelaran JWHF 2024 ini kami berkeinginan untuk membuat apapun mengenai Sumbu Filosofi bisa diketahui masyarakat luas," kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi saat konferensi pers di Yogyakarta, Kamis.

Festival yang digelar untuk memperingati satu tahun ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia ini, melibatkan dan memberdayakan masyarakat di sekitar kawasan.

"JWHF tahun ini merupakan gelaran kedua. Selanjutnya akan kami jadikan festival rutin atau event tetap tahunan untuk memperingati ulang tahun ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia," ujar Dian.

Penyelenggaraan JWHF 2024 mengangkat tema "Gebayanan" yang merupakan sebuah nama wilayah yang berada di segmen selatan dari kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta.

"Gebayanan" adalah wilayah abdi dalem di sisi selatan Keraton Yogyakarta yang dulunya dibentuk dan dinamai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.

"Nama ini mungkin kurang familiar, termasuk halnya segmen-segmen maupun nilai-nilai pada Sumbu Filosofi Yogyakarta. Melalui gelaran JWHF 2024 ini kami berkeinginan untuk membuat apapun mengenai Sumbu Filosofi bisa diketahui masyarakat luas," ujar dia.

Tujuan kegiatan ini adalah semakin dikenal dan dipahaminya Sumbu Filosofi Yogyakarta, dan semakin memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

"Pada akhirnya, masyarakat dengan sadar untuk ikut menjaga dan melestarikan warisan budaya dunia ini," ujar dia.

Sementara itu, anggota Kelompok Kerja Teknis Kawasan Sumbu Filosofi Ganang Iwan Surya Yudha mengatakan JWHF 2024 bakal dimulai dengan rangkaian Kirab Bregodo, Amazing Race, Bazaar UMKM, Bersih-Bersih Sumbu Filosofi, Talkshow, dan ditutup dengan pemberian penghargaan.

Rangkaian ini juga akan diramaikan oleh penampilan dari berbagai elemen masyarakat DIY.

Festival ini juga melibatkan 40 UMKM yang berasal dari 18 kelurahan dan dua kalurahan di DIY.

"Untuk festival ini, lokasi yang akan digunakan ialah dari Plengkung Gading hingga perempatan Maga Swalayan. Arus lalu lintas sendiri akan diberlakukan buka tutup jalan agar tidak menghambat kenyamanan bersama," imbuhnya.

Ganang menegaskan pihaknya akan memastikan festival berjalan dengan lancar sehingga dapat mendorong generasi muda lebih mencintai dan menjaga warisan budaya yang ada di DIY.

Kepala Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi Aryanto Hendro Suprantoro mengatakan JWHF 2024 bukan hanya acara yang melibatkan masyarakat luas.

Kegiatan tersebut diharapkan menjadi media untuk mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung pada Sumbu Filosofi Yogyakarta.

"JWHF juga menjadi bagian dari upaya sosialisasi makna sumbu filosofi itu sendiri. Kami berkeinginan agar nilai-nilai yang terkandung bisa menjadi bagian dari pembinaan karakter masyarakat DIY," kata dia.

UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai salah satu warisan dunia dari Indonesia pada Sidang Ke-45 Komite Warisan Dunia atau WHC di Riyadh, Arab Saudi pada 18 September 2023.

Sumbu Filosofi Yogyakarta yang dalam daftar Warisan Dunia UNESCO bertajuk lengkap "The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks" diakui sebagai warisan dunia karena dinilai memiliki arti penting secara universal.

Konsep tata ruang yang dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta ini dicetuskan pertama kali oleh Raja Pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada abad ke-18.

Konsep tata ruang ini dibuat berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Keraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemda DIY kenalkan Sumbu Filosofi Yogyakarta melalui JWHF 2024