Bantul (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut produksi kambing dan domba dari para peternak daerah ini belum mampu mencukupi kebutuhan pedagang kuliner dengan bahan baku daging kambing domba.
Kepala DKPP Bantul Joko Waluyo di Bantul, Sabtu, mengatakan, Bantul salah satu kabupaten yang saat ini ngetren dengan kuliner berbahan daging kambing terutama satai klatak, lelung dan tengkleng, karena ada sekitar 200 pedagang kuliner satai yang tersebar di 17 kecamatan se-Bantul.
"Namun untuk Kabupaten Bantul belum bisa menyediakan bahan baku ternaknya, total kebutuhan kambing domba per hari sekitar 700 sampai 800 ekor, sementara dari Bantul hanya mencukupi antara lima sampai 10 persen dari kebutuhan," katanya.
Menurut dia, berbagai upaya pemerintah telah diupayakan dalam meningkatkan produksi kambing domba, seperti program inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik gratis, yang dimulai sejak 2017 sampai tahun ini, namun program itu belum begitu signifikan untuk peningkatan populasi.
"Jadi untuk bahan baku kebutuhan sehari-hari masih didatangkan dari luar Kabupaten Bantul , karena pemotongan kambing domba sampai 700 sampai 800 ekor per hari, itu dibagi 200 pedagang, salah satunya pedagang di Pleret itu per hari seja butuh 60 ekor per hari," katanya.
Dia mengatakan, atas kondisi tersebut maka usaha peternakan kambing domba menjadi peluang cukup besar di Bantul, terlebih para peternak di Bantul itu rata rata peternak dengan jumlah tidak banyak, paling banyak masih sekitar 100 sampai 200 ekor.
"Jadi ini peluang cukup besar di Bantul bagi investor yang ingin menanamkan modal di Bantul untuk peternakan domba. Karena minat petani kita hanya mampu memelihara kecil kecil, walaupun sekarang sudah banyak pengusaha yang investasi di Bantul memelihara sekitar 100 sampai 200 ekor," katanya.
Menangkap peluang tersebut, Angkatan Muda Berkelanjutan berkolaborasi dengan Untoro-Wahyudi melakukan kegiatan program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas dengan meresmikan sentra peternakan domba di wilayah Kelurahan Srimartani, Kecamatan Piyungan, Bantul.
"Survei BPS mengatakan bahwa Bantul itu kebutuhan kambing domba harian sekitar 700 sampai 800 ekor, dan 95 persen harus impor dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan luar Jawa. Ini sekaligus untuk memenuhi, juga memberikan kesejahteraan kepada warga kita," kata Untoro Haryadi usai peresmian.
Dia mengatakan, langkah ini merupakan salah satu cara agar bagaimana nantinya kebutuhan kambing domba sebagai bahan baku kuliner satai dan lainnya tersebut dapat dicukupi oleh saudara-saudara dari peternak Bantul.
"Jadi ini adalah pola rakyat menolong rakyat, ini luar biasa, nah peran pemerintah menghubungkan supaya rakyat peduli dengan keadaan rakyat yang lain, itu yang tidak dilakukan pemerintah, saya kira ke depan harus dikuatkan," katanya.
Sementara itu, Wahyudi Anggoro Hadi mengatakan, saat ini sudah ada dua sentra peternakan domba yang diprogramkan, yang dalam setiap sentra melibatkan dua stakeholder, yaitu pemilik modal yang merupakan bagian dari koperasi dan peternak itu sendiri.
"Ada sekitar 10 ribuan anggota koperasi yang kemudian bersama sama melakukan investasi di satu wilayah, kerja sama dengan kelompok masyarakat, pemilik lahan, yang kemudian terjadi sebuah konsolidasi ekonomi, ini adalah konsep rakyat menolong rakyat," katanya.
Dia juga mengatakan, program ini juga menjadi bagian dari program satu desa satu enterpreneur, dengan mendorong agar setiap desa mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang kemudian menyediakan dan meningkatkan kesempatan kerja khususnya bagi kelompok kelompok rentan.
"Kita perlu menciptakan pusat pusat pertumbuhan ekonomi di level desa, ketika bicara potensi desa yang dekat adalah peternakan. Kebetulan Bantul ada kebutuhan kambing domba 700 sampai 800 ekor, itu yang kita tangkap sebagai titik masuk untuk mendorong gerakan ekonomi rakyat Bantul menuju kesejahteraan," katanya.