Eko Suwanto nilai pidato Bung Karno di KAA tetap relevan

id Eko

Eko Suwanto nilai pidato Bung Karno di KAA tetap relevan

Ketua Komisi A DPRD DIY dari Fraksi PDI Perjuangan Eko Suwanto mengunjungi Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung. (istimewa)

Yogyakarta (ANTARA) - Komisi A DPRD DIY berkomitmen mengembangkan program Sinau Pancasila dan Sejarah, salah satunya melalui kunjungan bersama wartawan ke Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut agenda kunjungan ke berbagai museum di sejumlah daerah, mulai dari Bali, Jawa Timur, hingga wilayah lainnya, untuk menggali sejarah dan nilai-nilai Pancasila.

Ketua Komisi A DPRD DIY dari Fraksi PDI Perjuangan, Eko Suwanto, menjelaskan bahwa kunjungan ke Museum KAA Bandung menjadi bagian dari upaya melihat secara langsung tata kelola dan manajemen museum sejarah.

Sebagaimana diketahui, Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung merupakan inisiatif Indonesia yang mendapat dukungan sejumlah negara.

Presiden Soekarno bahkan jauh sebelum 1955, tepatnya pada 1933, telah menulis dan memimpikan pertemuan bangsa-bangsa terjajah dari berbagai belahan dunia untuk berjuang bersama melawan penjajahan.

Selain Bung Karno, peran Mohammad Hatta serta Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo juga sangat penting melalui diplomasi yang ulet dengan berbagai negara hingga Konferensi Asia Afrika dapat terselenggara dengan sukses, dengan Ali Sastroamidjojo sebagai Ketua Konferensi.

Dalam pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika pada 15 April 1955 yang berjudul “Let A New Asia and A New Africa Be Born”, Bung Karno menyampaikan gagasan besar tentang persatuan bangsa-bangsa Asia dan Afrika.

Dalam pidato berbahasa Inggris tersebut, Bung Karno menggambarkan bagaimana Indonesia yang terdiri atas beragam suku bangsa dapat bersatu melawan penjajahan dengan dasar Pancasila.

Ia mengajak seluruh bangsa membangun solidaritas perjuangan, menghormati hak asasi manusia, dan terus mengobarkan semangat anti-penjajahan. Melalui sidang delegasi dari 29 negara, Konferensi Asia Afrika kemudian melahirkan Dasa Sila Bandung.

"Arsip-arsip termasuk naskah pidato Bung Karno, risalah sidang dan dokumen bersejarah, serta film masih bisa kita nikmati di Museum Asia Afrika di Bandung. Termasuk ruangan tempat sidang juga kursi yang ditempati para delegasi masih terawat dengan baik," ujar Eko Suwanto.

Eko Suwanto menambahkan, keberadaan Museum KAA memiliki tiga nilai penting bagi Kota Bandung. Pertama, sebagai sumber pembelajaran sejarah bagi generasi muda.

Kedua, museum dapat menjadi pusat riset dan penelitian sejarah yang melahirkan sarjana, magister, hingga doktor. Ketiga, museum berfungsi sebagai destinasi wisata sejarah yang memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat.

"Harapan saya, Pemda DIY terinspirasi Museum Asia Afrika ini. Pentingnya segera membangun monumen perjuangan dan menghadirkan museum kejuangan. Yogyakarta punya peran sejarah besar, termasuk peristiwa pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Jogja," ucap dia.

"Banyak peristiwa kejuangan hebat di Jogja. Kita harap Pemda segera menyusun naskah akademik dan membangun museum. Ini akan terus kita suarakan untuk anak cucu kita di masa mendatang," kata Eko menambahkan.

Menurut Eko Suwanto, museum perjuangan bangsa sangat dibutuhkan untuk mengingat peran Proklamator RI, Bung Karno, yang pernah tinggal di Yogyakarta dan difasilitasi oleh rakyat, Kadipaten, serta Kraton Ngayogyakarta.

"Kita punya sejarah lahirnya kemerdekaan. Setelah RI merdeka pada 17 Agustus 1945, tidak lama kemudian ada pawai pemuda dan pada 5 September 1945 terbit Maklumat bergabung dengan Republik Indonesia," kata Eko Suwanto.

Eko Suwanto juga menegaskan bahwa dengan belajar dari perjuangan bangsa Palestina, Komisi A DPRD DIY berkomitmen memperjuangkan ketertiban dunia dan kemerdekaan bangsa-bangsa tertindas.

"Jogja itu rumah dunia, bukan hanya milik orang Jogja. Kita juga mendukung kemerdekaan Palestina. Ini mengingatkan kita bahwa saat Konferensi Asia Afrika Bandung, Palestina hadir sebagai peninjau," kata Eko Suwanto, Ketua Komisi A DPRD DIY.

Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.