Minyak atsiri Kulon Progo tembus pasar Belanda

id minyat atsiri

Minyak atsiri Kulon Progo tembus pasar Belanda

Ilustrasi produk minyak atsiri (heropurba.blogspot.com)

Jogja  (ANTARA Jogja) - Produksi minyak atsiri Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mampu menembus pasar ekspor hingga ke Belanda, Jerman, dan China.

"Permintaan minyak atsiri Samigaluh sangat banyak, terutama dari Belanda. Kualitas minyak atsiri yang diproduksi juga sangat bagus, tetapi kami tidak dapat ekspor langsung karena keterbasan anggaran Koperasi Tunas Maju," kata Ketua Koperasi Tunas Maju, Pudjiono di Kulonprogo, Kamis.

Ia mengatakan, di Kecamatan Samigaluh terdapat 20 pengrajin minyak atsiri secara mandiri. Setiap pengrajin mampu memproduksi minyak atsiri sebanyak 75 kilogram dalam sehari.

Dikatakannya, bahan bakunya dibeli dari petani cengkih. Karena bahan baku atsiri merupakan daun cengkih yang kering. setiap kilogram daun cengkih kering berkisar Rp1.200 hingga Rp1.400 per kilogramnya.

"Setiap perajin minimal dalam sehari mampu mengolah tiga ton daun cengkih kering. setiap ton mampu menghasilkan 25 kilogram minyak atsiri," kata Pudjiono.

Ia mengatakan, harga minyak atsiri sejak Juni memgalami penurunan yang sangat signifikan. Harga biasa mencapai Rp140.000 per kilogram, tetapi saat ini hanya Rp75.000 hingga Rp85.000 per kilogram.

"Untuk mengantisipasi rendahnya harga minyak atsiri, kami tidak menjualnya terlebih dahulu hingga harganya kembali normal," kata dia.

Ia mengatakan, pada 2011, Koperasi Tunas Maju mendapatkan bantuan dari Kementerian Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah sebesar Rp250 juta.

Selain itu, Koperasi Tunas Jaya mendapat pendampingan dari Dinas Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Teknik Kimia, Universitas Gajah Mada.

"Bantuan tersebut sudah kami gunakan untuk membeli peralatan untuk pembuatan minyak atsiri sebesar Rp200 juta dan Rp50 juta untuk biaya operasional," kata dia.

(KR-STR)