Masyarakat Bantul deklarasi perangi penyakit demam berdarah

id dbd

Masyarakat Bantul deklarasi perangi penyakit demam berdarah

ilustrasi nyamuk penyebar DBD (bengkulu.antaranews.com)

Bantul, (Antara Jogja) - Puluhan masyarakat yang tergabung dalam Front Masyarakat Madani Desa Panggungharo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendeklarasikan diri memerangi penyakit demam berdarah dengue dengan menjadi sukarelawan juru pemantau jentik.

Camat Sewon Wintarto Heru Prabowo usai deklarasi di Bantul, Jumat, mengatakan bahwa deklarasi perang terhadap penyakit DBD ini sebenarnya hanya penegasan kembali dari masyarakat Desa Panggungharjo sebab sejak 2015 gerakan ini sudah diidengungkan dan dipraktikkan masyaraat.

"Bahkan, mulai 2015, seluruh siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Kecamatan Sewon setiap Jumat melakukan pengecekan di lingkungan rumah masing-masing. Ini sekaligus menjadi pendidikan karakter bagi anak-anak," katanya.

Dengan begitu, lanjut Wintarto, para siswa tidak hanya mengetahui adanya penyakit ini, tetapi juga penyebab dan cara mencegah penyebaran penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut.

Jika apa yang telah dipraktikkan di wilayah Sewon bisa diikuti daerah lain di Bantul, kata Heru, DBD tidak akan mewabah sebab penanggulangan penyakit ini hanya bisa dilakukan jika seluruh masyarakat sadar untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) mandiri.

"Siklus hidup nyamuk hanya 10 hari. Dengan begitu, kalau tiap minggu dibersihkan, nyamuk akan mati sebelum sempat bertelur," katanya.

Sementara itu, Koordinator Front Masyarakat Madani (FMM) Desa Panggungharjo Waljito mengatakan bahwa Bantul merupakan wilayah yang paling tinggi kasus DBD di DIY sehingga inilah yang menggugah mereka untuk ikut terjun memerangi penyakit yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti tersebut.

"Kita mulai berpikir bahwa sukarelawan tidak hanya ada dalam bencana alam karena DBD juga termasuk bencana. Maka, kami merasa perlu ikut serta menanggulangi," katanya.

Menurut dia, masyarakat tidak mungkin hanya mengandalkan pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan dalam memerangi penyakit demam berdarah karena masyarakatlah yang lebih mengerti lingkungan sekitarnya.

"Ke depan ini akan menjadi kegiatan rutin bersama Dinkes hingga akhirnya apa yang kami lakukan di sini bisa juga dilakukan di 17 kecamatan," katanya.***4***

(KR-HRI)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024