Jogja (ANTARA Jogja) - SMA Negeri I Yogyakarta akan menggelar Festival Anak Negeri untuk memeriahkan Lustrum XI sekolah tersebut sekaligus sebagai upaya melestarikan dan mengenalkan budaya lokal agar lebih dikenal luas oleh masyarakat.
"Hakikat dari kegiatan ini adalah untuk menggali dan melestarikan budaya lokal serta mengenalkannya ke seluruh masyarakat," kata Kepala SMA Negeri I Yogyakarta Zamroni di Yogyakarta, Jumat.
Kegiatan tersebut, tidak hanya akan diikuti pelajar dari SMA Negeri I Yogyakarta, melainkan dari sejumlah sekolah lain di seluruh Nusantara serta ada kepesertaan dari pelajar dan mahasiswa asing yang sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta.
Festival Anak Negeri tersebut akan diselenggarakan pada Senin (17/12) dengan tiga kegiatan utama berupa lomba yaitu, lomba menumbuk pagi "gejog lesung", lomba lantunan lagu pengiring "Lir Ilir", dan lomba cipta kreasi permainan tradisional.
Permainan tradisional yang bisa dilombakan adalah membuat orang-orangan sawah "memedi" dengan ukuran dan tema bebas, namun seluruh peserta wajib memakai busana ala petani.
Dari masing-masing jenis perlombaan, akan diambil tiga terbaik yang akan memperoleh hadiah berupa uang senilai satu juta rupiah, Rp750.000, dan Rp500.000 untuk peringkat pertama hingga ketiga.
Koordinator Festival Anak Negeri Aris Priyanto mengatakan pada awalnya penyelenggara mengalami kesulitan untuk mencari peserta karena jenis perlombaan yang sangat spesifik.
"Kami mengundang banyak sekolah untuk mengikuti lomba `gejog lesung`, tetapi banyak yang belum mengetahui apa yang dimaksud dengan `gejog lesung` itu," katanya.
Namun, kata dia, saat ini pihaknya sudah memperoleh sebanyak 150 peserta untuk mengikuti perlombaan tersebut, dengan peserta terjauh dari Jember, Jawa Timur.
"Banyak SMA dari luar Jawa yang terkendala akomodasi. Tetapi kami sangat berharap, jumlah peserta akan semakin banyak," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana mengatakan kegiatan tersebut menjadi salah satu upaya untuk pembentukan karakter siswa berbasis budaya lokal.
"Kami pun berharap, kegiatan ini memiliki skala yang `menasional` karena diikuti pelajar dari berbagai sekolah di Indonesia bahkan pelajar asing yang tertarik terhadap budaya Indonesia," katanya.
Edy berharap melalui kegiatan tersebut para pelajar semakin bisa mengenali budaya lokal Yogyakarta dan kemudian melestarikannya, karena selama ini masih ada kecenderungan kerancuan budaya lokal Yogyakarta dengan budaya daerah lain seperti Surakarta.
(E013)