Kulon Progo gelar "saparan rebo pungkasan"

id saparan rebo pungkasan

Kulon Progo gelar "saparan rebo pungkasan"

Masyarakat Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, DIY, menyelenggaran "saparan rebo pungkasan bendungan kayangan" sebagai ungkapan terima kasih dan mempererat tali silaturahmi sesama warga. Masyarakat memandikan kuda lumping. (Foto ANTARA/Mamiek)

Kulon Progo (ANTARA Jogja) - Masyarakat lereng Pegunungan Menoreh, Desa Pendoworejo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyelenggarakan "saparan rebo pungkasan bendungan kayangan" sebagai ungkapan terima kasih dan mempererat tali silaturahmi sesama warga.

Ketua Panitia "saparan rebo pungkasan bendungan kayangan" Godod Sutejo di Kulon Progo, Rabu, mengatakan upacara adat tradisi ini mulai dari kenduri "kembul sewudulur", "guyang jaran" dan "rebo pungkasan".

"Upacara adat ini sudah turun temurun diperingati warga pada Rabu terakhir pada bulan Sapar dalam kalender Jawa. Tradisi kenduri masal ini dilaksanakan di Bendung Kayangan yang diyakini masyarakat sebagai petilasan Mbah Bei Kayangan yang merupakan leluhur desa," kata Godod.

Serangkaian menu saji dalam upacara adat "kembul sewusedulur", kata Godod meliputi bothok lele, panggang mas (telur ceplok), nasi tumpeng, ingkung (ayam), dan lainnya. Setelah berdoa bersama, berbagai ragam makanan itu pun disantap bersama (kembulan) di pinggir Sungai Bendung Kayang.

"Ritual ini berangkat dari kebiasaan menggelar acara makan bersama setelah panen. Tak hanya warga setempat, siapapun yang hadir di Bendung Kayangan juga boleh bergabung menyantap makanan tersebut. Inilah kembul sewu dulur," katanya.

Sebelum prosesi kembul sewu dulur, masyarakat melakukan prosesi "guyang jaran" kepang atau memandikan kuda dan kudang kepang atau lumping. Tradisi ini bersifat ritual tahunan.

"Masyarakat mempercayai bahwa Bendungan Kayangan yang dibangun pada masa lalu tidak lepas dari kebutuhan perawatan kuda dan memenuhi kebutuhan air untuk mengairi area persawahan. Sampai saat ini, Bendungan Kayangan sangat bermanfaat bagi masyarakat Desa Pendoworejo dan sekitarnya," kata dia.

Kata dia, memandikan kuda lumping merupakan upacara tahunan, sehingga beberapa kelompok kesenian kuda lumping yang ada di Desa Pendoworejo turut memandikan kuda lumpingnya di Bendung Kayangan.

Menurut Godod, jaran kepang merupakan kesenian rakyat yang cukup bertumbuh di Pendoworejo. Dengan prosesi ngguyang jaran ini, lanjutnya, kesenian tersebut diharapkan bisa lebih aktif lagi dan membawa kemakmuran bagi para pelaku seninya.

"Jaran bagi masyarakat Jawa adalah hewan tunggangan yang luar biasa. Dalam kebudayaannya, kuda yang perkasa ditafsirkan ke dalam sosok jaran kepang seperti ini. Pada pelaksanaan tahun ini, kami juga mengundang para tokoh spiritual dari beberapa padepokan di Yogyakarta untuk memimpin upacara ngguyang jaran," kata Godod.

Kegiatan terakhir dalam "saparan rebo pungkasan bendungan kayangan", kata dia, "rebo pungkasan" yang menyajikan sajian wisata berbobot. Dalam proses upacara adat, lokasi prosesi menantang. Ada bukit lereng, sungai, hutan, perkampungan, sawah, ladang dan seni kerajinan.

"Kami akan menyajikan rebo pungkasan dengan ragam wisata alam, agro, arkeo, komunitas, minat khusus, pasar tradisional, budaya dan seni pertunjukan," katanya.

(KR-STR)