Kulon Progo (Antara Jogja) - Lahan perkebunan teh di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyusut 687 hektare dari 745 hektare menjadi 58 hektare pada 2014 yang diakibatkan rendahnya harga pucuk teh.
Ketua Asosiasi Petani Teh Pegunungan Menoreh di Kulon Progo, Rabu, mengatakan penyusutan lahan teh dikarenakan rendahnya penghargaan terhadap daun teh sehingga petani memilih menggantinya dengan tanaman cengkih, salak, dan kopi atau tanaman yang memiliki nilai tinggi.
"Pada 1990-an, harga teh sangat rendah yakni Rp300-Rp400 per kilogram. Akibatnya, petani beralih dari tanaman teh ke tanaman lain yang memiliki harga jual tinggi," kata Wakiyat.
Ia mengatakan luas lahan tanaman teh di Kecamatan Samigaluh mencapai 58 hektare, dengan total tanaman sekitar 58 ribu batang.
"Saat ini, petani teh di Kecamatan Samigaluh belum bisa mencapai secara kuantitas produksi pucuk teh, tetapi secara kualitas pucuk teh rata-rata sudah 30 persen," kata Wakiyat.
Dia mengatakan harga teh dihargai berdasarkan mutu teh yang dipetik petani. Berdasarkan kesepakatan antara Asosiasi Teh dan PT Pagilaran, pembelian produk teh dengan ketentuan pucuk teh halus kurang dari 30 persen harganya Rp650 per kilogram, pucuk teh halus antara 30 persen hingga 39 persen harga Rp1.000 per kg, pucuk teh halus antara 40 persen hingga 49 persen harga Rp1.465 per kg, pucuk teh halus antara 50 hingga 59 persen harga Rp1.830 per kg.
Ia mengatakan saat ini, petani teh baru mampu menghasilkan kualitas 30 persen dengan harga Rp1.000 per kg. Petani masih mendapat subsidi dari pemerintah Kulon Progo sebesar Rp250 per kg. Jadi, harga keseluruhan Rp1.250 per kg.
"Dengan pemberlakuan pembelian pucuk teh berdasarkan kualitas, membuat petani teh semakin bersemangat untuk melakukan pemupukan, intensifikasi tanaman, dan penanaman kembali teh," kata dia.
Pengelola KUB Suroloyo Sukohadi mengatakan pada 2012-2013 petani teh mendapat bantuan bibit teh sebanyak 25 ribu batang, untuk ditanam di lahan seluas 25 hektare.
Sukohadi mengatakan petani teh juga terus melakukan pemangkasan supaya pucuk teh yang dihasilkan kualitasnya bagus. "Saat ini, rata-rata produksi teh mencapai satu ton per hari, dari target 1,5 ton per hari. Pada 2015, kami optimistis mampu mencapai target 1,5 ton sesuai perjanjian antara petani dan PT Pagilaran," katanya.
(KR-STR)