Jumlah telaga di Gunung Kidul turun

id telaga

Jumlah telaga di Gunung Kidul turun

Salah satu telaga di Kecamatan Semanu, Gunung Kidul, DIY, mengering. (Foto ANTARA/Mamiek)

Gunung Kidul, (Antara Jogja) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat jumlah telaga yang dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat menurun sebanyak 210 dari 281 telaga menjadi 71 telaga.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunung Kidul Syarif Armunanto di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan berdasarkan hasil survei lapangan dan klasifikasi data dari Tim Fakultas Geografi UGM, jumlah telaga pada 2006 ada 281 lokasi, namun sebagian besar telaga mengalami kekeringan ketika musim kemarau.

"Dari total 281 telaga, ada 71 telaga yang masih bisa digunakan saat musim kemarau panjang. Masyarakat menfaatkan untuk memenuhi kebutuhan seperti mandi dan mencuci," kata Syarif.

Jumlah telaga di Gunung Kidul terdapat di 10 kecamatan, yakni Paliyan 10 titik, Saptosari 21 titik, Purwosari 31 titik, Panggang 22 titik, Tepus 32 titik, Tanjungsari 27 titik, Semanu 42, Ponjong 21, Rongkop 48, dan Girisubo 27 titik.

"Telaga memang bukan kewenangan kami, telaga itu kewenangannya ada di Sumber Daya Alam (SDA) DIY," katanya.

Ia mengatakan dari data yang diterima berkurangnya air di telaga karena adanya beberapa faktor diantaranya proses penguapan yang cukup tinggi saat musim kemarau, pengatusan air telaga melalui ponor secara alami maupuan akibat ulah manusia dan proses sedimentasi.

"Karakteristik telaga berbeda-beda, sehingga proses surutnya juga berbeda," kata dia.

Ia mengatakan adanya telaga yang mengalami pendangkalan. Dari data yang sama ada sekitar 232 telaga yang mengalami pendangkalan akibat llumpur, sendimentasi dan tanah. Namun apa bila telaga dikeruk maka justru akan mempercepat proses berkurangnya air.

Syarif mengungkapkan pemkab sudah melakukan berbagai upaya diantaranya membangun sejumlah embung dengan metode geomembran seperti Nglanggeran, Sriten dan Tambakromo. Hal ini untuk mengatasi cepatnya air habis.

"Untuk tahun ini memang tidak ditambah jumlah embungnya, sesuai dengan perintah bapak gubernur," katanya.

Sebelumnya Kantor Dampak Lingkungan (Kapedal) Gunung Kidul terus mengupayakan penghijauan di sekitar telaga. Hal ini untuk menjaga volume air agar lebih lama bertahan karena sebagian besar telaga merupakan tadah hujan.

"Setiap tahun kita terus melakukan upaya penghijauan telaga," kata Kepala Kapedal Gunung Kidul Irawan Jatmiko.

Ia mengatakan rata-rata setiap tahun pihaknya menanam 1.500 sampai 2.000 pohon untuk setiap telaganya. Pohon yang ditanam berupa pohon bergetah putih seperti beringin, bulu, dan gayam. Selian itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada warga untuk agar menjaga kelestarian telaga.

"Kami terkendala Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, terkait hibah, kami masih menunggu kebijakan itu," katanya.***3***

(KR-STR)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024