Antropolog: pelestarian BCB perlu libatkan peran masyarakat

id cagar budaya

Antropolog: pelestarian BCB perlu libatkan peran masyarakat

Ilustrasi, Salah satu bangunan cagar budaya di Kotagede (jogjanews.com)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Pelestarian benda cagar budaya perlu melibatkan peran serta masyarakat agar tercipta simbiosis yang saling menguntungkan dalam aspek budaya, pariwisata, dan ekonomi, kata antropolog Universitas Gadjah Mada Pande Made Kutanegara.

"Para pengelola benda cagar budaya harus mengembangkan pendekatan yang "out of the box" jangan lagi memandang masyarakat sekitar sebagai "sumber masalah" namun justru dipandang sebagai solusi dalam masalah," kata Pande Made di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Senin.

Dalam seminar "Membangun Peran Masyarakat dalam Perlindungan dan Pemanfaatan Kawasan Cagar Budaya" itu, Pande mengatakan masyarakat lokal sebagai pemukim yang bertempat tinggal di sekitar situs memiliki potensi sosial, budaya, maupun ekonomis yang dapat dikembangkan sehingga menumbuhkan ketergantungan yang saling menguntungkan.

Dia mengatakan dalam Undang-Undang (UU) Cagar Budaya tahun 2010 telah menjadi titik perubahan ideologis yang sangat penting dalam memaknai benda cagar budaya (BCB). BCB, sesuai amanat regulasi itu tidak lagi semata-mata merupakan munumen statis yang harus dijaga kelestariannya, namun juga menjadi wahana yang dapat dimanfaatkan masyarakat. "Bahkan ada peluang menjadi "monumen kehidupan"," kata dia.

Oleh sebab itu, menurut Pande, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) seyogianya melakukan perubahan pola pikir dalam memandang benda dan kawasan cagar budaya dengan tidak lagi berfokus hanya kepada pelestarian bendanya saja, melainkan juga memperhitungkan potensi masyarakat disekitarnya.

"Hal itu dapat dilakukan dengan pengembangan dan penguatan masyarakat dalam mengorganisasikan dirinya dalam upaya pemberdayaan," kata dia.

Dengan cara itu, menurut dia, selain menumbuhkan potensi pariwisata dan ekonomi di kawasan BCB, secara otomatis juga mampu menumbuhkan rasa memiliki sehingga muncul kesadaran masyarakat untuk ikut melindungi kebudayaan peninggalan bangsa.

Sementara itu, Kepala Sub Bagian Tata Usaha BPCB DIY Ari Setiastuti menyadari pentingnya pelibatan masyarakat dalam pelestarian BCB.

Meski demikian, menurut dia, perlu dilakukan pemetaan terlebih dahulu potensi apa yang dapat dikelola bersama di kawasan BCB bersama masyarakat.

Menurut Ari, BPCB DIY telah mulai merintis upaya pemberdayaan masyarakat dalam mengelola BCB, seperti yang telah dilakukan di tiga desa di kawasan Candi Prambanan. "Sebetulnya kami sudah memulai (melibatkan masyarakat)," kata dia. ***4***

(L007)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024