WWF-KKP melibatkan masyarakat melestarikan dugong

id ikan

WWF-KKP melibatkan masyarakat melestarikan dugong

ilustrasi (Istimewa)

Pangkalan Bun (Antaranews Jogja) - WWF-Indonesia bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melibatkan masyarakat dalam melestarikan dugong (Dugong dugon) dan lamun di Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah (Kalteng), melalui Program Konservasi Dugong dan Lamun (Dugong and Seagrass Conservation Project/DSCP) Indonesia.

          Marine Species Officer WWF-Indonesia Cassandra Tania di sela-sela media trip DSCP Indonesia di Pangkalan Bun, Selasa, mengatakan upaya melibatkan masyarakat dalam pelestarian mamalia dugong dan lamun dilakukan dengan cara memberikan insentif untuk sumber penghidupan yang baru.

         Bersama dua mitra pelaksana DSCP Indonesia lainnya, yakni LIPI dan ITB, menurut dia, masyarakat di Desa Teluk Bogam diajak mengembangkan sumber-sumber ekonomi baru dan meninggalkan kebiasaan berburu dugong.

          Masyarakat di Desa Teluk Bogam yang ada pesisir Kobar yang menjadi habitat dugong dan lamun diajak mencoba berbudidaya rumput laut, rajungan, udang tambak, membuat ikan asin, mengembangkan pariwisata, mengembangkan spirulina hingga ekowisata dugong.

          Dari semua pilihan-pilihan tersebut, ia mengatakan nanti akan terseleksi yang mana paling potensial untuk dikembangkan masyarakat di sana.

          Duyung atau dugong merupakan termasuk satwa rentan punah (vulnerable) di Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) di Indonesia telah dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999.

          Namun demikian meski sanksi dari pemanfaatan duyung sudah jelas dipaparkan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990 dan UU Nomor 31 Tahun 2014, beberapa tahun lalu di kabupaten ini masih terdapat praktik pemanfaatan duyung dan bagian tubuhnya secara langsung.

          Berdasarkan hasil survei pada 2018, kesadartahuan masyarakat tentang duyung di Kotawaringin Barat masih kurang. Mayoritas (70 persen) responden belum mengetahui penampakan duyung, walaupun sebagian dari mereka dan banyak warga lain (92 persen) sudah mengetahui penampakan makanan duyung, yaitu lamun.

         Karenanya, Program Konservasi Dugong dan Lamun Indonesia melakukan upaya konservasi duyung dan lamun berbasis komunitas salah satunya dilakukan melalui harmonisasi dan integrasi kebijakan dan peraturan dengan pengelolaan sumber daya alam lainnya yang sudah eksis, serta inisiasi konservasi lainnya, lanjutnya.

          Ia juga mengatakan upaya ini perlu pula didukung oleh peningkatan kesadartahuan masyarakat tentang pentingnya duyung dan lamun bagi kelestarian ekosistem pesisir di daerah tersebut.
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024