Festival "Katok Abang" mengajak warga mencintai pantai

id katok abang,Pantai Watu Kodok,Gunung Kidul

Festival "Katok Abang" mengajak warga mencintai pantai

Obyek wisata pantai "Watu Kodok" (FOTO ANTARA)

Gunung Kidul (Antaranews Jogja) - Masyarakat Pantai Watu Kodok, Desa Kemadang, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar Festival "Katok Abang" untuk mengajak masyarakat mencintai pantai dan mengingatkan perjuangan akan penggusuran.

Sesepuh Pantai Watu Kodok, Yahya Yusmadi di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan Festival Katok Abang atau dalam bahasa Indonesia celana merah digelar setiap tahun untuk mengingatkan kembali perjuangan masyarakat sekitar melawan investor yang akan menggusur wilayah Watu Kodok.

"Festival Katok Abang mengingat kembali 3 tahun lalu saat berjuang merebut kemenangan melawan investor," katanya.

Dia berharap festival yang sudah diadakan selama tiga kali itu dapat menambah semangat warga untuk terus berjuang, mempertahankan wilayahnya dari investor sehingga bisa dimanfaatkan anak cucu mencari rejeki. Pada awalnya paguyuban hanya beranggotakan 97 orang kini bertambah menjadi sekitar 150 orang.

"Warga terus semangat dan dapat melestarikan Pantai Watu Kodok dengan menjaga kebesihan," ucapnya.

Menurut dia, warga melarang penebangan pohon di sekitar pantai untuk menjaga ekosistem pantai dan menambah keasrian wilayah pantai tersebut.

"Warga dilarang menebang pohon karena alam menjaga kita. Kita pun harus menjaga ekosistem di sekitar pantai," ujarnya.

Salah seorang warga, Warso mengatakan dirinya dan warga menolak investor karena sudah sejak lama mengelola pantai untuk kesejahteraan warga. Pada 1970 ilayah Watu Kodok digunakan warga untuk lahan pertanian.

Kemudian, pada 2010 seiring perkembangan pariwisata, warga membersihkan pantai dan digunakan sebagai obyek wisata. Warga pun beralih pekerjaan sebagai penjual makanan hingga menyewakan toilet untuk pengunjung. Tetapi sekitar tiga tahun lalu, seorang investor datang dan mengklaim mengantongi izin hendak menggusur warga sekitar.

"Kami tidak ingin investor masuk, kami hanya ingin bisa hidup tenteram dan alam dinikmati anak cucu," katanya.