Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Umat Buddha di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan Tribhuana Manggala Bhakti di Taman Sungai Mudal, Kecamatan Girimulyo, Minggu.
Koordinator Upacara Tribhuana Manggala Bhakti Surahman di Kulon Progo, Minggu, mengataka Tribhuana Manggala Bhakti dimulai dengan tabur bunga untuk mendoakan dan berbakti pada leluhur, pengambilan tirta suci dan sebulan pendalaman dan pengamalan ajaran Buddha.
"Umat Buddha hidup rukun damai harmoni berdampingan dengan penganut agama lain di Kulon Progo harus terus dirajut sehingga menjadi watak bersama. Karakter harmonis akan mewarnai setiap denyut nadi perjalanan hidup masyarakat yang ada," katanya.
Ia mengatakan salah satu acara yang mencerminkan keharmonisan sosial adalah upacara adat Tribhuana Manggala Bhakti. Kegiatan yang bersifat religi kultural ini digali dari racikan budaya Jawa dengan ajaran Buddha.
Pada 2018 adalah tahun ketiga pelaksanaan Tribuana. Masyarakat baik Buddhis maupun bukan Buddhis bahu membahu menyiapkan upacara adat yang memiliki subtansi dasar kepedulian lingkungan hidup tersebut.
Lingkungan hidup adalah tempat bernaung seluruh umat manusia dan bahkan hewan tumbuhan, lingkungan alam adalah area yang universal, area yang dibutuhkan oleh semua pihak, area yang tidak memisahkan sekat-sekat sosial dan sentimen primordial.
"Merawat kohesi sosial akan efektif bila dibangun dari sini dari wilayah yang menjadi tumpuan bersama, wilayah yang mampu menyatukan perbedaan menjadi indah dan bermakna," katanya.
Ia mengatakan Tribuana dirancang untuk membangkitkan kembali watak agung Nusantara yang sangat ramah peduli terhadap semesta. Walaupun sayup-sayup kecil Tribuana semoga menjadi semacam "wake up call" dentang pengingat pentingnya cinta alam sebagai tempat bernaung bersama.
Tiga matra utama yang dibidik Tribuana untuk dirawat adalah matra bumi, matra air, dan matra cahaya ataupun udara. Ketiganya tidak luput dari pancaran kasih dan kepedulian Tribuana.
Untuk mewujudkan Tribuana, umat Buddha melakukan kegiatan di Ekowisata Taman Sungai Mudal dengan berbagai rangkaian.
Adapun rangkaian Tribhuana Manggala Bhakti Surahman, yakni pengambilan air suci waisak atau tirta amerta dengan menggunakan adat Jawa di sumber mata air Taman Sungai Mudal yang terletak tepat di kaki Gunung Kelir jajaran perbukitan Menoreh. Pada tahun ini pengambilan air diiringi dengan Gendhing Tribuana sehingga upacara semakin terasa sakral. Gendhing diracik khusus oleh Tim dari Yavastin.
Selanjutmya, upacara penanaman pohon penyangga air di berbagai mata air yang ada di perbukitan Menoreh Kulon Progo berupa pohon bodhi, mahoni, jati, aengon serta tanaman produktif seperti manggis, durian, matoa serta pete yang secara simbolik dipusatkan di Taman Sungai Mudal dengan total tanaman 1.600 pohon.
"Penanaman pohon adalah sarana edukasi untuk peduli dengan kelestarian matra bumi," katanya.
Selanjutnya, pelepasan satwa burung endemik Kulon Progo seperti perkutut, kutilang dan trotokan sebagai ekspresi kepedulian terhadap matra udara dan cahaya. Serta pelepasan satwa ikan sebanyak 1000 ekor di sungai Mudal serta sungai sekitar lokasi vihara sebagai wujud ekspresi kepedulian terhadap lestarinya air.
"Gerakan kepedulian terhadap alam dalam format Tribuana adalah gerakan nyata dalam kemasan adat jawa klasik, masyarakat bahu membahu merawat alam, larut dalam tindakan nyata sukacita Tribuana," katanya.
Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan Tribhuana Manggala Bhakti sebagai bagian dari Hari Raya Waisak biasanya melaksanaan aksi penanaman pohon penyangga mata air, serta melepas satwa burung dan ikan. Hal ini menandakan bahsa umat Buddha di Kulon Progo masih peduli dengan lingkunhan dan menjaga selalu ekosistem alam.
"Bagi Pemkab Kulon Progo, hal ini sangat menggembirakan karena kegiatan peduli lingkungan sesuai program pemkab," katanya.