Desa budaya didorong dokumentasikan potensi desa

id desa budaya, dokumenter, film

Desa budaya didorong dokumentasikan potensi desa

Masyarat Desa Nglanggeran mengadakan acara Kirab Budaya Nglanggeran untuk menaramaikan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran. (Foto ANTARA/Mamiek)

Gunung Kidul (Antaranews Jogja) - Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong desa budaya untuk dapat mandiri dan mendokumentasikan apapun potensi desa melalui film.

Kasi Seni dan Film Dinas Kebudayaan Gunung Kidul Purnawan Widayatno di Gunung Kidul, Senin, mengungkapkan,potensi seni visual, khususnya film dalam memperkenalkan potensi suatu desa seperti adat tradisi, seni tradisi, mainan tradisional, bahasa dan sastra, kuliner khas, hingga arsitektur memang sangat besar.

"Dengan film, maka pengenalan yang dilakukan bisa berlangsung efektif serta menjangkau banyak orang. Awalnya akan menarik minat orang dan kemudian menonton. Jadi secara tidak langsung khalayak bisa mengetahui potensi suatu desa dengan menyeluruh," katanya.

Ia mengatakan Dinas Kebudayaan memberikan workshop pembuatan film di Bangsal Sewokoprojo. Workshop mendorong agar desa budaya bisa membuat film dokumenter, meski masih minim kemampuan.

Pembuatan film tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Semakin baik tata artistik, cerita yang berdampak pada visual yang lebih baik, maka potensi untuk semakin viral dan disaksikan lebih banyak orang akan semakin besar.

"Kegiatan workshop film baru pertama kali dilakukan. Sejauh ini, animo masyarakat sangat besar untuk bisa membuat film dokumenter yang menggambarkan tentang desa masing-masing," katanya.

Purnawan mengatakan pembuatan film sudah sangat mudah. Kendala peralatan seperti yang terjadi pada jaman dahulu sudah tak perlu dialami. Hanya dengan menggunakan smart phone, proses pengambilan gambar bisa dilakukan. Hal ini lantaran dalam pembuatan film jenis dokumenter, sejauh mungkin pengambilan gambar dibuat senatural mungkin.

"Saat ini telepon seluler sudah bisa digunakan untuk apa saja. Jadi alat bukan sebuah halangan," katanya.

Ketua Desa Budaya Bejiharjo, Hargo Warsono mengaku terbantu dengan workshop, karena bisa mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan karya dokumenter yang baik dan menarik.
 
Ia sendiri menyadari bahwa kebiasaan masyarakat menampilkan karya seni visual dengan bertemakan desa memang sangat penting. Melalui pengenalan semacam ini, potensi desanya menjadi lebih dikenal sehingga bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata.

"Saya berharap tidak berhenti di sini saja tetapi ada kelanjutannya seperti lomba film dokumenter untuk lebih memotivasi desa," katanya.