Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh di Kota Yogyakarta tidak hanya diarahkan untuk pengurangan kawasan kumuh dan penataan sanitasi semata tetapi juga menyentuh aspek seni dan budaya untuk menguatkan citra wilayah.
“Penataan kawasan kumuh bisa dilakukan dengan pendekatan seni dan budaya, misalnya dengan menyulap lingkungan yang semula terkesan monoton menjadi lingkungan yang lebih kaya warna. Rumah dicat dengan warna-warni yang cerah untuk mendukung pengentasan kawasan kumuh,” kata Ketua Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kota Yogyakarta M Sofyan di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, aspek visual dari lingkungan yang berwarna-warni tersebut justru dinilai dapat memberikan dampak yang lebih maksimal untuk menumbuhkan kesadaran warga dalam menjaga lingkungannya agar selalu bersih dan rapi.
“Misalnya saja, warga menjadi sungkan saat membuang sampah sembarangan di lingkungan yang terlihat bersih dan rapi. Apalagi, jika masyarakat setempat juga dilibatkan dalam mewujudkan lingkungan yang bersih terebut maka mereka akan semakin sungkan jika tidak menjaga lingkungannya,” katanya.
Jika lingkungan sudah terjaga kebersihan dan kerapiannya, maka Sofyan berharap, warga yang semula menempati lingkungan yang kumuh itu dapat mengembangkan wilayahnya untuk meningkatkan kesejahteraan warga di antaranya mengembangkan kampung sebagai tempat tujuan wisata.
Meskipun mendorong penataan yang hasilnya dapat terlihat secara langsung, Sofyan mengatakan, pelaksanaan program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) tidak meninggalkan tujuan utama kegiatan yaitu mengurangi kawasan kumuh dengan membangun berbagai infrastruktur pendukung seperti jalan lingkungan hingga pembangunan saluran air limbah.
Sesuai target nasional, penataan kawasan kumuh di Kota Yogyakarta sudah dapat diselesaikan pada 2019 sehingga pada akhir tahun depan sudah tidak ada lagi kawasan kumuh di Kota Yogyakarta. “Meskipun demikian, dimungkinkan masih ada beberapa ‘blank spot’ yang harus ditangani sehingga penataan kawasan kumuh pun tuntas,” katanya.
Pada tahun ini, terdapat 33 kelurahan dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta yang masuk sebagai kawasan kumuh. Sedangkan pelaksanaan program Kotaku hingga saat ini mencapai sekitar 70-80 persen. Total kawasan kumuh yang akan menjadi sasaran penataan pada tahun ini mencapai sekitar 135 hektare.
“Tinggal melakukan pencairan dana bantuan tahap terakhir. Harapannya, bisa segera dicairkan sehingga pekerjaan bisa dimulai atau diselesaikan sebelum musim hujan,” katanya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, pembangunan di Kota Yogyakarta harus dilakukan berwawasan lingkungan, termasuk saat melakukan penataan kawasan kumuh melalui Program Kota Tanpa Kumuh.
“Selama ini, Yogyakarta juga dikenal dengan slogan Yogyakarta berhati nyaman. Ke depan, perlu dikenalkan juga bahwa Yogyakarta itu berhati mantan. Artinya, hasil pembangunan di Yogyakarta dapat memberikan kenangan ke warga maupun wisatawan yang datang,” katanya.
Berita Lainnya
Terobosan AHY, wujudkan penataan kawasan kumuh secara vertikal pertama kali di Jakarta Pusat
Sabtu, 28 September 2024 21:03 Wib
Kawasan kumuh Mrican DIY berubah jadi permukiman sehat
Selasa, 2 Juli 2024 10:54 Wib
Peneliti: Penanganan permukiman kumuh harus berorientasi perilaku warga
Senin, 8 Januari 2024 5:46 Wib
Sosiolog: Pemanfaatan SG bagi MBR buka akses lahan berkeadilan
Sabtu, 6 Mei 2023 16:39 Wib
Pemkab Bantul gandeng FKBKM tanggulangi kawasan kumuh
Selasa, 17 Januari 2023 16:28 Wib
Yogyakarta fokus menangani kawasan kumuh berbasis indikator
Jumat, 13 Januari 2023 17:38 Wib
Program Kotaku revitalisasi kawasan padat penduduk Mrican Sleman
Selasa, 15 November 2022 15:38 Wib
Bank Dunia terkesan penataan kawasan kumuh Gajah Wong
Senin, 19 September 2022 18:07 Wib