Kemenperin dorong produsen gula semut merambah ekspor

id gula semut

Kemenperin dorong produsen gula semut merambah ekspor

Petani gula kelapa Kokap, Kulon Progo, memproduksi gula semut (Foto ANTARA/Mamiek)

Yogyakarta (Antaranews Jogja)- Kementerian Perndustrian mendorong para produsen asli gula semut di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta berani merambah pasar ekspor secara mandiri.
     
"Gula semut ini kualitasnya sudah standar ekspor, namun produsennya belum bisa melakukan ekspor secara mandiri," kata Direktur Jenderal IKM Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih saat membuka FGD Pengembangan IKM Gula Semut di Kulon Progo Melalui Pendampingan Konsultan SES Jerman di Yogyakarta, Senin.
     
Menurut Gati, Kemenperin akan mendukung kemampuan pelaku industri gula semut di Kulon Progo untuk merambah pasar ekspor secara mandiri, di antaranya dengan memberikan pendampingan.
     
Pendampingan itu, menurut dia, akan digencarkan dengan mengoptimalkan peran Pejabat Fungsional Penyuluh Perindag (PFPP) guna membantu meningkatkan kompetensi para pelaku industri kecil menengah (IKM) gula semut.
     
"Jadi gula semut ini pasar ekspornya bagus sekali. Sangat disayangkan kalau pasar yang bagus ini tidak diambil," kata dia.
     
Gati berharap melalui FGD tersebut dapat memetakan permasalahan yang dihadapi produsen gula semut di Kulon Progo. Selain itu, pendampingan dari konsultan SES Jerman juga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan produsen gula itu mengakses pasar ekspor secara mandiri.
      
Kepala Dinas Perdagangan Kulon Progo Krissusanto mengatakan hingga saat ini ada sebanyak 27 kelompok produsen gula semut di Kulon Progo, dan ada 7 sentra IKM gula semut dengan tenag kerja mencapai 2.215 orang. Adapun volume produksi gula semut, berdasarkan data hingga 2017 mampu mencapai 4.012 ton.
      
"Jadi ini merupakan potensi yang akan segera kita sikapi, khususnya untuk akses pasar ekspor," kata dia.
      
Kris mengakui, hingga saat ini para produsen asli gula semut di Kulon Progo belum ada yang bisa melakukan ekspor secara mandiri. Sebagian besar masih menjual terlebih dahulu kepada pengepul di Surabaya maupun Solo, baru kemudian diekspor.
      
"Artinya memang produsen asli Kulon Progo belum ada yang mengekspor secara langsung. Mungkin teman-teman IKM ini harus mengenal dulu para buyer di luar negeri. Selama ini konsumen terbesar di Jerman," kata dia.
       
Oleh sebab itu, ia berharap Kemenperin dapat menjembatani para produsen untuk mengenal para buyer, di antaranya dengan memfasilitasi pameran produk gula semut baik di dalam negeri maupun mancanegara.
       
"Saat ini harga gula semut per kilo dijual Rp12 ribu, sedangkan bahan bakunya harganya Rp17.500 jadi untungnya sedikit sekali. Kalau dijual ke luar mungkin harganya bisa 10 kali lipat," kata dia.