Ratusan tambak udang di selatan Bandara Yogyakarta Airport Yogyakarta masih beroperasi

id Tambak udang,Kulon Progo

Ratusan tambak udang di selatan Bandara Yogyakarta Airport Yogyakarta masih beroperasi

Tambak udang selatan Bandara Internasional Yogyakarta masih beroperasi. Pemkab Kulon Progo mentargetkan 30 Oktober, tambak udang harus ditutup. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Ratusan tambak udang di selatan Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih beroperasi sehingga mengganggu rencana percepatan pembangunan sabuk hijau sepanjang Pantai Glagah hingga Congot.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo Sudarna di Kulon Progo, Senin, mengatakan sepanjang Pantai Glagah hingga Congot terdapat 230 tambak udang yang dikelola 79 orang petambak tersebar di timur, selatan dan barat Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) atau Yogyakarta International Airport (YIA).

"Data terbaru sebanyak 35 tambak sudah kosong dan sisanya masih dalam budi daya," kata Sudarna.

Sebelumnya, pertemuan antara Pemkab Kulon Progo dengan PT Angkasa Pura I ada catatan yang perlu segera ditindaklanjuti, yakni penutupan tambak dan penertiban penginapan, rumah makan dan warung. Pemkab Kulon Progo bertanggung jawab terhadap pengawalan pembanhunan green belt di selatan YIA. Rencana penutupan tambak udang dilakukan setelah dikosongkan spenuhnya melalui beberapa tahap.

Sudarna mengatakan DKP telah memasang banner peringatan untuk pengosongan tambak udang dan memberikan surat pemberitahuan kepada pengelola, karena keberadaan tambak dinilai ilegal dan bukan sesuai peruntukaan untuk tambak udang karena berada dilahan Paku Alam Ground (PAG).

Peruntukan kawasan tambak sudah diatur di wilayah pantai Trisik. Pemetaan dilakukan untuk mempermudah pergerakan penutupan tambak.

"Setelah tambak kosong akan dilakukan perataan dan selanjutnya ditanami pepohonan pelindung sebagai fungsi sabuk hijau," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kulon Progo Niken Probo Laras mengatakan di kawasan Pantai Glagah ada 95 bangunan yang harus dilakukan penataan. Dari 95 bangunan, 27 bangunan sudah tidak digunakan, dan 68 bangunan masih aktif digunakan.

Selain itu, Dispar telah menyelesaikan rencana induk dan rencana detail teknis penataan Pantai Glagah dan Congot sesuai ketentuan penerbangan dan disesuikan dengan keberadaan YIA.

Niken mengakui kunjungan wisatawan di Pantai Glagah dan Pantai Congot meningkat dengan adanya pembangunan YIA.

"Kami merencanakan melakukan penataan Pantai Glagah pada 2020, agar wisata pantai Glagah layak dikunjungi wisatawan," katanya.

Sementara itu, Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan tujuan aspek mitigasi bencana untuk melindungi objek vital dari potensi bencana.

“Green belt mutlak dibangun sebagai aspek mitigasi bencana demi keselamatan bersama dan regulasi terkait dengan lingkungan hidup juga harus jelas,” kata Sutedjo.

Sutedjo berharap pengosongan lahan tanpa merugikan warga, petambak diberikan waktu sampai Oktober untuk petambak yang akan panen, setelah itu tidak dibolehkan menebar benih dan menambak lagi. Serta dilakukan pemantauan tambak yang kosong dan segera dilakukan penanaman.

Semua elemen vertikal dapat mendukung rencana ini karena kebijakan dari pusat untuk dijalankan bersama - sama.

"Selain itu, pengembangan pariwisata Pantai Glagah ditata sebaik mungkin dan menarik,” harapnya.
Baca juga: Tambak udang di selatan Bandara Internasional Yogyakarta aktif